Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

(18) No Work No Pay, Gaji, Tunjangan, THR, dan Arti Kemenangan

9 April 2023   10:16 Diperbarui: 9 April 2023   10:31 1697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikustrasi Supartono.JW

Dalam QS. Al-Syams 9-10 disebutkan bahwa "Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya."

Kedua, kemenangan emosional. Artinya keberhasilan mengontrol emosi. Kemampuan mengontrol emosi berarti mengedepankan sikap kesabaran. Sabar, bukan simbol kelemahan melainkan satu kekuatan yang harus dipertahankan.

Dalam Hadits Abu Hurairah dengan derajat Muttafaq 'alaih bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Orang kuat bukanlah orang yang sering menang berkelahi, akan tetapi orang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya ketika marah."

Ketiga, kemenangan intelektual. Kemenangan ini ditandai dengan melahirkan sosok muslim yang mampu membaca situasi dan kondisi. Manusia yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Kecerdasan intelektual dalam Islam adalah mampu membedakan mana yang hak dan mana yang batil, mampu mempertimbangkan mana yang manfaat dan mana mudarat, dan mengerti pula mana yang wajib dan mana yang bukan.

Terkait kemenangan, fitrah ini, bagi masyarakat yang hidup merantau atau terpisah dari keluarga atau sudah menetap di daerah lain, meski yang dipikirkan adalah bagaimana mereka bisa mudik lebaran agar dapat berkumpul bersama keluarga dan sanak saudara di kampung halamannya. Terlebih, bila di kampung masih ada orangtua. Ini menjadi alasan pasti bagi masyarakat bahwa mudik adalah wajib hukumnya. Bagaimana pun caranya. Itu pun di antara satu dari arti KEMENANGAN.

Nah, bicara bagaimana pun caranya inilah yang juga tidak dapat dilawan secara manusiawi oleh masyarakat kita. Pasalnya, meski mudik bagi masyarakat dengan identifikasi yang saya sebutkan tersebut adalah hal wajib, tetapi bagaimana mau mudik, bila mereka tidak memiliki uang untuk sekadar membayar tiket transportasi mudik dan balik?

Namun, sesuai makna kemenangan, bahwa realitasnya tidak dapat mudik karena tidak ada biaya atau ongkos, merayakan Idul Fitri jauh dari keluarga dan sanak saudara, tetap akan mendapat kemenangan. Terlebih kini sudah hadir medos yang dapat mendekatkan seseorang dengan keluarga, sanak saudara, famili, kerabat, dll. 

Jadi masyarakat yang menang dalam spiritual, emosional, dan intelektual, persoalan mudik, gaji, tunjangan, hingga THR, bukan hal yang harus dipermasalahkan. Tetap bersyukur masih diberikan umur dan dapat menjalankan ibadah Ramadhan sesuai tuntunan.

Tidak seperti masyarakat yang memiliki uang atau "kaya harta", jangankan bicara mudik lebaran. Mereka bahkan memanfaatkan momentum lebaran untuk liburan di hotel (staycation), wisata di dalam negeri atau manca negara. Dan itu, sebagian arti kemenangan menurut mereka.

No work no pay

Bersyukurlah bagi orang-orang yang masih bekerja tetap, formal mau pun informal. Yang masih mendapat gaji, tunjangan, sampai THR.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun