Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah Biru yang Terluka ( 89 )

2 Juli 2015   18:24 Diperbarui: 2 Juli 2015   21:34 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku duduk ditempat tidurku, sambil kuminum sedikit demi sedikit es degannya.

“Dahulu yang ngeroyok kamu itu berapa orang ?” tanya Ria, aku ingat – ingat

“Dimukaku itu lima orang, terus dibelakang satu dan yang keluar dari pavilyun itu satu. Tujuh orang.” Ria memandangku tertegun.

“Dan kamu tetap bisa selamat tanpa luka dan cedera yang berarti – bahkan kulihat engkau tambah cantik saja … ckckck ..” dia geleng-geleng kepala.

“Pasti ada yang terjadi, tapi sengaja kamu lupakan ya ?” dia memandangku.

Aku menggeleng, tetapi sekilas rasanya kehidupan di Galuga seperti tergelar kembali.

Kumakan perlahan macaroni schotel itu , kukecap “ Enak sekali, mirip bikinan ibuku.” Kataku sambil bergumam

Ria memandangku, mengerutkan alisnya, berpikir , menarik nafas “Iya enak sekali “ katanya kemudian sambil tersenyum.

Diluar terdengar pintu pagar dibuka dan mobil masuk langsung ke belakang.
Aku duduk kembali dikursi meja tulis, Ria didepanku, kita seperti sedang asyik makan dan minum.

Terdengar langkah kaki dan ketokan dipintu, tante Kamti

“Ayuk maem yuk, ini tadi sekalian jemput Cantik. Wah, bikin macaroni schotel khas mbak Sri. . Pasti mbak Puteri sedang kangen dengan ibu ya ?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun