Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah Biru yang Terluka ( 89 )

2 Juli 2015   18:24 Diperbarui: 2 Juli 2015   21:34 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba saja Ria sudah ada dibelakangku, memegang belimbing dan pisau serba gunanya.

Dia memandang kedua orang itu, tersenyum mengangguk.

“Saya temannya non Puteri, nama saya mbak Ria.” Katanya ramah.

Aku kepingin tertawa, tapi kutahan, lalu basa basi kutanya asal mereka, tampak agak kaget, tapi cepat dijawab oleh oom Darko.

“Mereka petani dari dusun, susah cari makan disana, jadi sambil menolong, kita terima dan tampung mereka berdua disini sementara.”

Karena kelihatan mereka gelisah dan salah tingkah, aku segera menarik Ria dan kita masuk kembali kedalam kamar.

“Petani dari dusun, susah cari makan,… tampakny tidak seperti itu.” Kata Ria

Dipandangnya aku, kita saling tatap, aku hanya mengangkat bahu

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun