Di arahkan juga kepada prajurit Kemayang yang sedang berjaga dengan santai disana
Aku dan Kuning memandang semua dengan penuh waspada
Kemudian ku lihat beberapa prajurit penjaga mulai mengantuk dan berjatuhan, seperti tertidur pulas. Ilmu sirep mereka mulai berjalan
Panglima Dargo memberi aba-aba dengan tangannya, beberapa senapati berlarian menuju ke pintu gerbang, memeriksa prajurit Kemayang yang bergelimpangan jatuh tertidur.
Mereka mengikat dengan cepat dan memberi tanda pada pasukan untuk bergerak maju.
Dikejauhan aku lihat pasukan panglima Andaga dan Lasmi juga mulai merangsek memasuki halaman istana.
Panglima Dargo berpesan “ Jaga Puteri Kuning dan Puteri Puspita, jangan lepas pengawasan.” Panglima Wulung dan Warsih serta beberapa senapati yang lain mengangguk tanpa bersuara.
Sesudah dengan liar mengawasi keadaan, paman Dargo lari menyelinap masuk kepintu istana.
Memberi tanda pada kita dan kemudian cepat menghilang.
Panglima Wulung dan Warsih berlarian dan kita menyusulnya di ikuti oleh beberapa senapati dan prajurit.
Sesampai di dalam, terlihat Istananya memang luar biasa, gemerelap dan berkilauan di segala penjuru.
Segera kita berjalan mengendap dan melihat mengawasi sekeliling dengan waspada.
“Bibi kesana dengan beberapa senapati – Saya dengan Puteri Kuning dan Warsih kesebelah sini.” Panglima Wulung agak bingung, tapi aku cepat menyelinap kearah kanan dengan Kuning, Warsih dan beberapa senapati yang lain.
Ada ruangan terbuka, kita berlarian dan menuju kesebuah pintu yang mengarah kedalam.