“Bukankah jika di suatu kerajaan, raja bisa bertindak semaunya Nyai ?” aku tanya
“Di Galuga tidak Puteri, lagipula Nerendra bukan raja disini. Dan kita harus mematuhi semua aturan yang sudah di buat dan di sepakati bersama.”
“Kita waktu itu berjuang bersama dengan segenap rakyat untuk membangun Merbung, Galuga lama. Sehingga semua aturan untuk menatanya juga kita buat bersama dan atas kesepakatan bersama pula.”
“Bendungan Prapat juga di bangun bersama dengan rakyat. Tidak bisa kita memberikan begitu saja pada Kemayang, meskipun untuk tebusan keluarga istana.”
“Apakah Nyai mengerti semuanya karena diberitahu merpati dan Gagak Lodra ?”
Aku tanya, nyai Gandhes hanya tersenyum.
”Narendra itu pribadi yang gampang terpengaruh. Dan Gayatri pribadi yang pintar mempengaruhi seseorang. Dia pandai menggunakan daya tarik tubuhnya pada banyak pria.”kata Nyai Gandhes
Nini Sedah masuk diiringi beberapa ponggawa yang membawa aneka minuman dan jamu, ada juga beberapa panganan yang di bawa.
“Kemana pangeran Biru ? “ tanya Nyai Gandhes
“Dikamarnya ibunda permaisuri di temani oleh panglima Rahasta “
Tiba-tiba Kuning memandangku dan menarik tanganku
“Puteri, aku rasanya kangen dengan ibunda, kita boleh ya Nyai, ke kamarnya ibunda ?” Nyai Gandhes dan Nini Sedah mengangguk.
Kita berdua keluar dan berjalan kekamar ibunda ratu.