Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Darah Biru yang Terluka (35)

8 Desember 2014   16:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:47 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Bukankah jika di suatu kerajaan, raja bisa bertindak semaunya Nyai ?” aku tanya

“Di Galuga tidak Puteri,  lagipula Nerendra bukan raja disini. Dan kita harus mematuhi semua aturan yang sudah di buat dan di sepakati bersama.”

“Kita waktu itu berjuang bersama dengan segenap rakyat untuk membangun Merbung, Galuga lama. Sehingga semua aturan untuk menatanya juga kita buat bersama dan atas kesepakatan bersama pula.”

“Bendungan Prapat juga di bangun bersama dengan rakyat. Tidak bisa kita memberikan begitu saja pada Kemayang, meskipun untuk tebusan keluarga istana.”

“Apakah Nyai mengerti semuanya karena diberitahu merpati dan Gagak Lodra ?”
Aku tanya, nyai Gandhes hanya tersenyum.

”Narendra itu pribadi yang gampang terpengaruh. Dan Gayatri pribadi yang pintar mempengaruhi seseorang. Dia pandai menggunakan daya tarik tubuhnya pada banyak pria.”kata Nyai Gandhes

Nini Sedah masuk diiringi beberapa ponggawa yang membawa aneka minuman dan jamu, ada juga beberapa panganan yang di bawa.

“Kemana pangeran Biru ? “ tanya Nyai Gandhes
“Dikamarnya ibunda permaisuri di temani oleh panglima Rahasta “

Tiba-tiba Kuning memandangku dan menarik tanganku
“Puteri, aku rasanya kangen dengan ibunda, kita boleh ya Nyai, ke kamarnya ibunda ?” Nyai Gandhes dan Nini Sedah mengangguk.
Kita berdua keluar dan berjalan kekamar ibunda ratu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun