"Nah itu tau, kenapa pada goblok mau main tumbuk?" Alan menuntun Lendra agar kembali duduk.
Suasana berubah ramai saat siswa lain masuk ke kantin. Maklum sudah jam istirahat, tempat itu akan padat. Lalu Lendra dan temannya? Tentu saja mereka bolos sejak tadi pagi. Mereka itu seperti magnet, ke mana-mana menempel. Mereka sekelas, sehati dan sama-sama gila.
"Lendra!"
Seruan beberapa perempuan yang baru tiba di kantin membuat kepala Lendra berdenyut, sedangkan Pijar dan Alan terkekeh geli. Mereka tahu, itu pasti pacar-pacar Lendra yang sudah lama tak diapel.Â
"Jangan biarkan mereka datang ke sini, pusing gue liatnya."Â
"Ssstt." Alan meletakkan telunjuknya di bibir, matanya memberi kode agar teman-temannya melihat arah masuk kantin. Seorang siswi dengan rambut pirang dan kulit putih bersih berjalan pelan dengan nampan berisi semangkuk bakso dan segelas jus jeruk. Tatapannya menyebar, seperti sedang mencari tempat duduk.Â
"Bening bet dah." Pijar berbicara dengan dengan yang diletakkan di dagu.
Tanpa sepengetahuan temannya, Lendra menggeser kursinya pelan, kemudian menghampiri perempuan itu. "Halo, Cantik. Mau duduk bareng gue?"
Cewek itu mengangguk pelan.Â
Lendra mendeham, lalu kembali berujar," Ayo, duduk di sana!" Dengan sigap ia membawakan nampan perempuan itu menuju meja mereka.
"Gila! Gila, gila! Tadi katanya pusing liat pacar-pacarnya, lah sekarang mau cari umpan baru." Pijar berucap takjub pada tindakan Lendra.