Mohon tunggu...
Siti JanatunAniah
Siti JanatunAniah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana Jakarta

NIM: 55521120068 - Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB 1 - Pemeriksaan Pajak - Jagat Gumelar, Jagat Gumulung Menghasilkan Buwono Langgeng untuk Audit Kepatuhan Pajak Warga Negara

19 April 2024   07:10 Diperbarui: 19 April 2024   07:10 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengertian Jagat Gumelar dan Jagat Gumulung

Pada pandangan Jawa atau Indonesia Klasik semua logos didalam realitas dunia ini bersifat Dialektis antara dua hal yakni Jagat Gumelar, Jagat Gumulung. Tatanan Mikro Kosmos atau Jagat Gumulung atau Buwono Alit [mikrokosmos], disebut individu, pribadi atau keluarga atau wilayah Res privata, sedangkan Buwono Agung {makrokosmos/alam semeseta seluruhnya] atau Res Publica, masyarakat, bangsa negara, dan internasional [dunia]; mengalami perjumpaan dengan apa yang disebut Buwono Langgeng [abadi], atau Sang Waktu_ lahiriah batiniah_ ada menuju perjumpaan dengan 'Sanghiyang Wenang/Sanghiyang Tunggal", atau "Batara Tunggal".

Keraton Surakarta Hadiningrat sebagai penerus kerajaan Mataram didirikan oleh Paku Buwono II pada tahun 1745 Masehi ( tahun Jawa Je 1670 ), merupakan perpindahan dari Keraton Kartasura yang rusak ( baca Babad Pecina ). Disamping sebagai pusat politik dan kekuasaan keraton juga merupakan pusat kebudayaan yang merupakan sumber kekuatan kosmis. Implementasi dalam kehidupan beragama, Karaton Surakarta walaupun sebagai sebuah kerajaan Islam, tetapi tetap menjadi pengayom dari semua golongan dan agama dan kepercayaan. Nilai-nilai hakiki manusia yang terangkum di semua ajaran agama, secara jelas termanifestasikan dalam upacara-upacara adat yang ada di Karaton Surakarta, yang bermuara pada keseimbangan, keselarasan makrokosmos (jagad gumelar) dan mikrokosmos. (jagad gumulung).

Dalam bentuk naskah, Karaton Surakarta mempunyai nilai ajaran leluhur yang sangat tinggi. Tembang dan tembung dalam setiap naskah mempunyai makna yang tersirat. Tentu saja memerlukan ketajaman hati dalam mengungkap substansi yang dimaksud.

  • Konsep Hamemayu Hayuning Bawana.
  • Kesadaran kosmis sebagai tatanan yang sudah selaras, dijadikan konsep dasar dalam menjalankan pemerintahan pada masa pemerintahan raja-raja Jawa. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, raja besar Mataram, konsep keselarasan dirangkum menjadi 3 buah pedoman yang disebut Tri Prasetya: Mamayu Hayuning Bawana, Mangasah Mingising Budi , Mamasuh Malaning Bumi.
  • Idiom lokal Jawa yang mengatakan Mamayu Hayuning Bawana, menjadi sebuah landasan yang sangat penting dalam tataran ekologis maupun aspek lainnya.
  • Hayu dalam konteks ke-Jawa-an, berdimensi pengolahan rasa, membutuhkan ketajaman spiritual dalam menimplementasikan kesadaran itu.
  • Hayu dalam leksikologi Jawa memang berarti indah. Dalam filosofi jawa, hayu berdimensi spiritual. Perpaduan rasa, cipta dan karsa dalam tataran kehidupan manusia Jawa sangat dipengaruhi oleh olahing rasa, yang menjadi dasar perilaku dalam menentukan sikap.
  • Mamayu secara leksikal memang mempunyai makna menjaga, tetapi secara lebih mendalam dalam, tataran filosofi Jawa, mempunyai makna yang lebih bersifat batiniah. Mamayu tidak mengubah tatanan yang sudah ada, tidak mengganggu keselarasan yang sudah ada, tidak menimbulkan konflik baru terhadap tatanan yang sudah berlaku baik.
  • Hamemayu bukan sekedar menjaga, tetapi lebih berdimensi kestabilan aura positif sebagai sebuah ciptaan. Menjaga kestabilan sekaligus mempertahankan keindahan yang ada .Mamayu hayuning bawana merupakan sebuah kesadaran kontemplatif akan begitu pentingnya keselarasan makrokosmos dan mikrokosmos. Konsep ini berkaitan dengan tatanan kehidupan yang bertujuan untuk memperoleh keselarasan batin. Manusia akan bersikap hormat pada dogma leluhur yang ditabamkan lewat ajaran sinandhi. Manusia Jawa diajarkan untuk selalu bersikap prasaja, sikap jujur yang didasari pada keberlangsungan tatanan. Pembelokan pada tatanan dianggap tabu, menyalahi paugeran, yang secara taat diajarkan secara tutur dari generasi ke generasi berikutnya. Keteraturan siklus kehidupan manusia dalam interaksi sosial masyarakat tidak dapat dilepaskan dari beberapa elemen yang ikut menentukan parameternya.
  • Hamemayu hayuning bawana adalah menjaga harmoni / keselarasan jagad cilik dan jagad gedhe. Dalam interaksi keseharian masyarakat dijabarkan menjadi lebih simpel yaitu: Tepa Salira (tenggang rasa).
  • Mangasah mingising budi, butir kedua dari Tri Prasetya secara singkat merupakan perilaku yang didasarkan pada keluhuran budi yang dalam implikasinya dengan selalu mengedepankan kautaman.
  • Mamasuh malaning bumi, merupakan sikap pro aktif dalam menjaga harmoni / keselarasan bumi yang sudah terinteraksi elemen satu dengan yang lainnya.
  • Sultan Agung yang mencoba menerapkan prinsip-prinsip keselarasan hidup dalam kaitannya ikut memayu hayuning bawana, banyak mencipta paugeran yang ternyata sampai sekarang masih mampu dijadikan pola kepemimpinan yang berlandaskan keselarasan kosmis.
  • Serat Sastra Gendhing , salah satu karya sastra masa Sultan Agung, menciptakan angger-angger yang sarat dengan tuntunan sikap hidup , ajaran untuk menjadi pemimpin yang baik, pemimpin yang mempunyai ketegasan dan tidak bersikap ragu serta adil sehingga dapat menciptakan negara yang tata tentrem kerta raharja.
  • Dalam serat ini banyak diungkap tentang kapabilitas raja / pemimpin dalam membentuk karakter masyarakatnya. Raja / pemimpin harus terlebih dahulu dapat memposisikan dirinya sebagai panutan.
  • Sultan Agung sebagai raja besar pada kerajaan Mataram II, mampu mencanangkan angger-angger yang dapat diterima oleh masyarakat bukan sebagai sebuah beban, tetapi merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan. Tipologi masyarakat menjadi lebih pada rasa penghayatan, akan sebuah kewajiban dalam mengekspresikan langkah menuju marifat, tanpa meninggalkan norma adat yang sudah mapan. Pengungkapan kepentingan dengan perilaku pemaksaan menjadi salah satu pemicu inharmonis keselarasan tersebut.
  • Keraton Surakarta sebagai penerus dinasti Mataram, tak lepas dari visi dan misi yang pernah dicanangkan oleh Sultan Agung. Kearifan lokal dalam menciptakan konsep Mamayu Hayuning Bawana terlihat dalam kebijaksanaan raja dalam aturan-aturan yang dibuat, baik legal formal maupun dalam bentuk naskah / serat.

KEARIFAN LOKAL

Kearifan lokal atau bisa disebut juga senagai local wisdom dapat juga dipahami sebagai usaha manusia menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang lingkup tertentu.

Pengertian tersebut, disusun secara etimologi, dimana kearifan atau wisdom dapat dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirnya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi disekitarnya.

Sebagai sebuah istilah wisdom sering juga diartikan sebagai 'kearifan/kebijaksanaan'. Lokal secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi yang terbatas dengan sistem nilai yang terbatas juga. Sebagai ruang interaksi yang sudah dirancang sedemikian rupa yang didalamnya melibatkan suatu pola hubungan antara manusia dengan manusia atau manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Pola interaksi yang sudah terancang tersebut disebut settting. Setting adalah sebuah ruang interaksi tempat dimana seseorang dapat menyusun hubungan hubungan muka dengan muka dalam lingkungannya.

Sebuah setting dalam kehidupan seseorang yang sudah terbentuk secara langsung atau secara alami akan memproduksi nilai-nilai. Dari nilai-nilai tersebutlah yang akan menjadi landasan hubungan mereka atau menjadi acuan tentang tingkah-laku mereka.

Kearifan lokal merupakan identitas atau kepribadian budaya suatu bangsa yang dapat menjadikan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar atau bangsa lain menjadi watak dan kemampuan suatu bangsa itu sendiri.

Wibowo (2015:17). Dari identitas dan kepribadian suatu bangsa tersebut tentunya dapat menyesuaikan dengan pandangan kegidupan masyarakat sekitar agar tidak terjadi pergesaran nilai-nilai. Kearifan lokal merupakan salah satu sarana masyarakat tersebut dalam mengolah kebudayaan dan mempertahankan kebudayaan asli dari kebudayaan asing yang tidak baik.

SEDULUR PAPAT LIMO PANCER

Konsep asal sedulur limo pancar ini hampir terdapat disetiap wilayah Nusantara dengan aneka macam sebutan contohnya khodam,pendamping atau apapun yang berkaitan dengan eksistensi makhluk astral. Secara sudut pandang bahasa, kata sedulur papat limo pancer berarti empat saudara serta menjadi lima sebagai pusatnya.

Sementara sesuai konsep Jawa, kata itu berarti bentuk kesatuan wujud insan saat manusia itu lahir ke bumi. Secara singkat, dalam sejarah Jawa masyarakatnya memakai kata sedulur papat limo pancer buat mendeskripsikan bahwa waktu manusia lahir, maka lahir pula lah empat saudara manusia itu.

Istilah sedulur papat limo pancer ini diyakini sang penganut Kejawen menjadi warisan budaya berasal karya Sunan Kalijaga di abad 15-16. konon ucapnya, istilah ini pertama kali ditemukan di Suluk Kidung Kawedar, Kidung Sarira Ayu, pada bait ke 41-42.

untuk tahu mental "Jawa", tidak relatif hanya dengan satu istilah,konsep, kalimat dimaknai secara tunggal karena "Jawa" bersifat Dasanama. Dasanama dari asal istilah Dasa yang berarti sepuluh serta Nama yg berarti sebutan atau nama istilah, sehingga arti berasal Dasanama ialah sepuluh sebutan atau memiliki banyak makna. manusia dibagi sebagai tiga entitas yaitu:

1. Animus: berasal berasal istilah Yunani yaitu anemos yg mempunyai makna sesuatu yang hayati yg ditiupkan ke dalam corpus

2. Corpus: adalah tubuh atau wadah

3. Spiritus: artinya spirit atau roh.

Alam Mitos sebagai logos Jawa memiliki sifat Dialektis Jagat Gumelar, Jagat Gumulung membentuk Buwono Langgeng:

1. Buwono Agung (makrokosmos), masyarakat, bangsa negara, serta internasional (global)

Tatanan Makrokosmos Jagat Gumelar yaitu berasal Weton primer yaitu "Kliwon" terdapat tanah di bagian utara atau wage, air di bagian barat atau pon, udara di bagian timur atau Legi, dan yang terakhir yaitu barah pada bagian selatan atau pahing. dari nama-nama tadi maka ada nama-nama pasar seperti pasar wage, pasar pon, pasar legi, pasar pahing, serta pasar kliwon.

2. Buwono Alit (mikrokosmos), pribadi atau famili adalah metafora jiwa yaitu tubuh, jiwa, serta simbol.Pertama yaitu lobang hidung ialah artinya Timur yang mempunyai rona putih, yang dihuni oleh Batara Bayu atau sang Hyang Wening atau Wisnu. yg kedua yaitu indera pendengaran merupakan Barat yg memiliki warna kuning, yang dihuni oleh Batara Sambu, atau sang Hyang Wenang atau Brahma.

Ketiga yaitu Bibir serta verbal artinya Selatan yang mempunyai rona hitam, yg dihuni sang Batara Brahma, atau sang Hyang Guring Tunggal atau sang Hyang guru Siwa. yang keempat yaitu Mata adalah daerah utara yang dihuni sang Batara Sriten atau sang Hyang Tunggal atau Mandara Agung.

Lalu yg terakhir yaitu sang Hyang Batara Kala atau ketika, dengan unsur terakhir tadi, maka kita bisa tahu 4 unsur lain sebelumnya. sebab sesuatu akan mungkin terjadi menggunakan adanya ketika yang jua seiring berjalan bersamaan menggunakan usaha yang kita lakukan.

3. Buwono Langgeng (abadi), ketika, lahiriah batiniah, ada menuju kematian (kekal artinya kematian)

Hakekat Aksara Jawa manusia mempunyai 2 tangan, serta dua kaki yang memiliki jumlah jari 20 berasal 4 pancer ontologis yang menjadi alienasi atau keterasingandiri pada 4 arah angin yaitu timur, barat, utara, serta selatan. Aksara Kawi Aji Saka memiliki 20 alfabet yaitu:

1. (hipotesis) ha na ca ra ka

2. (anti hipotesis) da ta sa wa la

3. (buatan) pa da ja ya nya

4. (kekosongan) tha nga

 

Sedulur papat limo pancer dipercaya menjadi satu kesatuan yg saling mempengaruhi dalam diri insan, terdiri asal empat hal serta ke 5 hal sebagai berikut:

Kakang sawah

Kakang sawah atau yang diklaim air ketuban merupakan air yang membantu manusia buat lahir ke bumi. sebab air ketuban keluar pertama kali, maka masyarakat Jawa menyebutnya sebagai Kakang, atau yg berarti kakak.

Adi ari-ari

Adi ari-ari atau disebut plasenta. Adi dalam bahasa Indonesia berarti adik, yakni sebutan buat ari-ari yang keluar sesudah bayi dilahirkan.

Getih

Getih dalam bahasa Indonesia berarti darah. Yakni, hal yang primer pada bunda serta bayi. Dimana ketika berada dalam kandungan, bayi juga dilindungi oleh getih.

Puser

Puser atau pusar berarti tali plasenta. dalam pengertian ini maksudnya, antara ibu dan bayi dihubungkan dengan tali pusar yg menghasilkan mereka semakin kuat. Selain itu, tali pusar jua lah yg menjaga kelangsungan hidup si bayi sebab telah menyalurkan nutrisi berasal bunda buat bayinya ketika di pada kandungan.

Pancer

Pancer bisa diklaim pula sebagai tubuh wadah yg berarti diri sendiri. Hal kelima ini merupakan sentra kehidupan yg utama saat insan lahir ke bumi. rakyat Jawa percaya bahwa menjadi manusia, kita wajib menyelaraskan kelima hal itu agar menjadi satu kesatuan yang utuh.

goresan pena ini hanya menjadi pengenalan tradisi norma Jawa semata dan bukan buat menyebarluaskan ajaran apalagi mendiskreditkan budaya tertentu. Mungkin tradisi unik serta spesial Indonesia pula ada di setiap daerah dengan kemasan khasnya masing-masing.

Sadulur Papat Limo Pancer Metafora berukuran Ruang, dan waktu

Berasal dari epistemologi sudah kentara serta ilmiah, manusia yang ingin beragama ataupun ateis (tidak memiliki agama / tidak percaya adanya tuhan) hendak berteman dengan Sedulur Papat ataupun Kiblat Papat. karena, Sedulur Papat inilah yang hendak memandu insan menunjuk Tuhannya. Orang Jawa sendiri, jadi Sedulur Papat Limo Pancer menjadi jimat, pakem, ketentuan, ataupun pedoman pada bermacam kehidupan.

Apa bentuknya? salah satunya filosofi Kiblat Papat lima Pancer yg dimaksud menjadi 4 arah mata angin merupakan timur, selatan, barat serta utara kebalikannya 5 Pancer ialah tengah.

Apalagi, orang Jawa sendiri memasukkan itu ke dalam nama- nama hari( pasaran) yang jadi penentu jodoh, rezeki, dan nyawa insan. Bentuknya, berbentuk konsep hari mirip

1. pasaran legi( timur),

2. pahing( selatan),

3. pon( barat),

4. wage( utara),

5. serta kliwon( tengah / pusat).

Contohnya: pada menanam jagung, saat tidak mengindahkan konsep ini, bisa jadi mereka puso alias kandas panen. Begitu juga dengan pemilihan hari perkawinan, khitan, pindahan ataupun menciptakan tempat tinggal dan yang lainnya.

Apakah hanya itu? Nyatanya ternyata tidak. Kontekstualiasi Sedulur Papat pula menjelmas pada elemen bawah dalam kehidupan insan. Semacam cipta, rasa, karsa, serta karya. Tanpa keempat tentang hal ini, dapat jadi manusia hayati namun mati. Maksudnya, sangat konyol saat seseorang hidup tetapi tak memiliki cipta, rasa, karsa serta karya.

Sadulur Papat Limo Pancer Metafora Jiwa: Penyatuan dunia, Jiwa, serta Simbol

Didalam agama Islam sendiri sudah mengonsep wacana itu menggunakan riil ke pada bab nafsu, tasawuf, serta keadaan hati manusia dalam Pesan Al- Qiyamah( 75: 1- 2). asal ayat itu, Winardi( 2017) mengnalisis, manusia memiliki 4 faktor sangat bawah, adalah lawwamah, supiyah, amarah serta mutmainah.

1. Lawwamah ini dimaksud selemah apa pun manusia, tentu di dalam jiwanya terdapat watak kejam serta berani mengakibatkan tewasnya. Jika diilmiahkan, watak ini jadi pertanda- pertanda tiap insan hayati memerlukan tanah menjadi keliru satu asal hidup ataupun dalam badan insan tentu mempunyai zat tanah. Lambang warna dari tabiat aluamah yakni hitam.

2. Supiyah mempunyai makna adalah menjadi sahabat hidup insan yg senantiasa menginginkan harta barang dalam kemegahan dan kemewahan dunia. Lambang rona berasal tabiat supiyah merupakan kuning.

Amarah ialah tabiat senantiasa mengajak serta menginginkan ihwal berbau ataupun dalam ranah politik, kecerdasan hendak tetapi lebih cenderung dalam kesombongan. Lambang rona dari watak ini merah.

3. Mutmainah adalah watak cenderung mengajak dalam nafsu ketuhanan, beribadah pada tuhan. Lambang rona asal mutmainah adalah putih.

Tentang keempat tipe ini, tidak mampu jadi manusia cuma memilah satu saja sebab sudah digariskan dalam kehidupan. namun, di antara keempat itu insan wajib bisa menyinergikan, memilah dan memilah mana yang kemampuan benar- salah, baik- buruk , latif- buruk untuk mencapai kehidupan suka serta pada kesimpulannya membawakan manusia kepada Tuhannya.

Metafora Sedulur Papat Limo Pancer (Jiwa serta Simbol)

Konteksualisasi Sedulur Papat Limo Pancer secara normatif bisa berupa sarat dengan perlambangan buat makna yg jauh lebih hakiki. Sedulur Papat jua merambat pada elemen dasar dalam kehidupan diri insan, seperti Cipta (pikiran atau akal), Rasa (Perasaan), Karsa (Niat dan Kemauan), dan Karya (Perbuatan yang menghasilkan sesuatu). Semuanya itu yang sebagai satu kesatuan yg saling melengkapi.

1. CIPTA ialah sebuah kemampuan dalam pikiran yg bersumber asal segala logika, khayalan, idea, kreativitas dan ambisi. Pikiran yg asal pada otak manusia yang dimanipulasi atas info buat menghasilkan sebuah konsep dalam bentuk penalaran serta pengambilan suatu keputusan. Cipta sendiri ada ketika kita berangan-angan, yang selanjutnya dilanjutkan dengan proses berpikir yg pada akhirnya akan menjadi proses penciptaan baik juga buruk.

2. RASA ialah pengungkapan suatu emosi atau reaksi afektif atas peristiwa dan suatu pengalaman yang didapat dari kehidupan . Rasa bersemayam pada dalam dada yg bersifat tidak kasat mata sebagai akibatnya tak mampu buat dikendalikan sang manusia itu sendiri. Rasa merupakan sistem sensorik yg bisa mencicipi sebuah syarat-kondisi eksklusif baik secara fisik juga kondisi non-fisik.

Pengungkapan rasa dapat dinyatakan secara visual, ucapan, perbuatan serta lain sebgainya. banyak sekali macam ekspresi emosi yg bisa dirasakan begitu kaya, bahkan jauh lebih kaya daripada Bahasa yg bisa mengungkapkannya.

Hal tersebut lalu munculah keeragaman pendapat yg juga rasa lalu diungkapkan sebagai reaksi yg dapat dirasakan oleh manusia. mirip munculnya rasa senang, biasa, rasa amat senang, dan favorit. Letak keberagaman manusialah yg lalu muncul yg namanya rasa secara relatif serta rasa secara hakiki.

3. KARSA adalah niat atau kehendak yang ada dalam diri manusia sebagai kekuatan yang pada anugrahkan ilahi sehingga menghasilkan manusia sebagai beragam dan spesial berasal makhluk lain yg diciptakan ilahi. Karsa ialah sutu motivasi dalam diri manusia buat melaksanakan keputusan atau bereaksi untuk berupaya mewujudkan rencananya. insan dapat termotivasi sang rangsangan asal luar, tetapi pula sebaliknya mampu dari pada dirinya sendiri.

4. KARYA artinya suatu Tindakan yakni, aspek pacuan dalam diri manusia yg membuat suatu wujud konkret, sebagai akibatnya dapat dikenali serta berdampak bagi lingkungan sekitarnya.

Keempat asal elemen dasar yang terdapat pada diri insan akan menjadi "efektif" bila manusia tersebut bisa dikontrol sang Pancer dengan pencerahan.

Sadulur Papat lima Pancer Metafora Jiwa: Neng, Ning, Nung, Nang, GUNG

Sadulur papat lima Pancer 6 (enam) adalah suara atau bunyi pada Musik Aesthetics Gamelan "Nang Ning Nung Neng Gong": menjadi paripura olah rasa (rahsa/roso) dalam setiap ritual kehidupan insan Jawa Kuna;

1. Barat, Jernih pada hati dan pikiran; Ningning

2. Utara Kebesaran Hati serta Jiwa; Nung

3. Tengah, membisu serta hening; Gung

4. Selatan, Daya cipta; Neng

5. Timur, Kemenangan Lahir batin; Nang

Musik Aesthetics Gamelan "Nang Ning Nung Neng Gong": istilah ("Nang") merupakan wenang. tirakat, semedhi, maladi bening. raga, jiwa serta nalar budi. ("Ning") adalah wening atau tenang, (suksma sejati, jiwa). ("Nung") merupakan kesinungan.

Pada bentuk kongkrit bermakna primer (laris utomo). ("Neng") adalah heneng atau kemampuan totalitas jiwa (berserah diri), ("Gung") merupakan agung atau keagungan atau kemuliaan ilahi menjadi segala sesuatu

"Nang Ning Nung Neng Gong": menyatakan bahwa dalam sebuah kehidupan manusia ini terdapat pada siklus, serta bereinkarnasi menuju "kekembalian pada hal yang sama secara kekal atau abadi", tak mungkin mengetahui Seni tanpa Ilmu Kebijaksanaan yang artinya sama saja dengan nihil.

Trans Substansi Dialektis Jagat Gumelar, Jagat Gumulung Menghasilkan Buwono Langgeng untuk Audit Kepatuhan Pajak Warna Negara

Tuntutan keselarasan yang merupakan nilai-nilai dasar perilaku masyarakat sebagai sebuah penghayatan komunal bersifat terbuka dan menjadi wahana sikap dasar masyarakat untuk mencapai pencerahan hidup. Mamayu hayuning bawana adalah cerminan perilaku masyarakat Jawa dalam menyelaraskan tatanan yang berdasar pada konsep makrokosmos dan mikrokosmos, harmonisasi jagad gumelar dan jagad gumulung.

Dalam konsep jagad gumelar dalam kepatuhan pajak, dimana  setiap individu, entitas maupun pemerintah merupakan pihak penting dalam kegiatan perpajakan. Dimana melalui audit kepatuhan pajak dapat menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu.sehingga nantinya ,  hasil audit kepatuhan tersebut dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan pajak sangat penting karena audit ini menetapkan kepatuhan organisasi terhadap peraturan, regulasi, dan standar. Dengan melibatkan organisasi yang lebih luas, auditor dapat menanamkan sikap dan perilaku yang menghasilkan perubahan positif.

Kemudian untuk konsep jagad gumulung terkait audit kepatuhan pajak dimana menekankan tentang kesetaraan, keselarasan yang mencerminkan perlakukan terkait audit kepatuhan pajak. Dimana audit yang dilakukan secara adil dapat menciptakan kepercayaan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perpajakan. Sehingga membentuk moral masyarakat untuk berkontribusi terhadap perpajakan.

Konsep buwono langgeng  dalam konteks kebangsaan masih sangat relevan menjadi pedoman hidup bangsa ini untuk melangkah dalam koridor nurani yang bermoral.

Sumber : Prof Apollo
Sumber : Prof Apollo

Sumber : Prof Apollo
Sumber : Prof Apollo

CITASI

pajakhttp://prosiding.unipma.ac.id/index.php/snhp/article/view/38

Modul Kuliah 8_Sedulur Papat Lima Pancer_UMB

Ibda, Hamdulloh. (Kamis, 21 Maret 2019). "Penjelasan Sedulur Papat Limo Pancer". https://alif.id/read/hamidulloh-ibda/membongkar-misteri-sedulur-papat-limo-pancer-b216174p/.

Yunita Furinawati, Dhika Puspitasari (2017) "KONSEP SEDULUR PAPAT LIMA PANCER SEBAGAI REPRESENTASI RELIGIUSITAS DALAM MASYARAKAT WONOMULYO"

Apollo. 2022. Apa itu Jagat Gumelar, Jagat Gumulung (1). https://www.kompasiana.com/balawadayu/61e4c00e4b660d406363d8b2/apa-itu-jagat-gumelar-jagat-gumulung

Apollo. 2022. Apa Itu Jagat Gumelar, Jagat Gumulung (2). https://www.kompasiana.com/balawadayu/63a04f4508a8b5763012e7a2/apa-itu-jagat-gumelar-jagat-gumulung-2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun