1. Kerangka Acuan:
Kosmologi Jawa: Konsep tentang alam semesta, hubungan manusia dengan kekuatan gaib, dan keberadaan roh-roh halus memberikan kerangka acuan bagi terjadinya mendem dan ndadi.
Kepercayaan terhadap kekuatan gaib: Keyakinan bahwa ada kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia menjadi landasan bagi terjadinya komunikasi antara penari dengan dunia roh.
2. Ritual dan Simbolisme:
Ritual Pemanggilan: Ritual-ritual yang dilakukan sebelum pertunjukan bertujuan untuk menciptakan suasana sakral dan memanggil roh-roh pelindung.
Simbolisme: Simbol-simbol yang digunakan dalam pertunjukan, seperti topeng, senjata, dan warna, memiliki makna spiritual yang mendalam dan berfungsi sebagai sarana komunikasi dengan dunia gaib.
3. Peran Sosial:
Identitas Komunitas: Fenomena mendem dan ndadi menjadi bagian dari identitas komunitas dan memperkuat rasa kebersamaan.
Fungsi Sosial: Pertunjukan jaranan dengan fenomena mendem dan ndadi sering kali digunakan untuk tujuan sosial, seperti upacara adat, penyembuhan, atau hiburan.
4. Transmisi Budaya: