Ayah tidak salah menikah dengan ibu Desi.
   Nana yang salah karena tidak bisa menjadi anak yang baik.
   Nana janji tidak akan nakal lagi, Ayah.
   Nana sayang Ayah.
Nana pun menutup buku hariannya dan menaruh kembali di tempat semula. Nana merebahkan tubuhnya dan meringkuk menghadap ke jendela. Satu persatu bulir air matanya kembali berjatuhan.
Seperti inilah hidupnya sekarang. Semenjak ibunya meninggal, ayahnya menjadi sangat frustasi. Usaha rumah makannya bangkrut dan tidak terurus karena ayahnya tidak bisa fokus bekerja. Hingga keluarga Nana pun jatuh miskin.Â
Sekitar tiga tahun kemudian, ayahnya yang duda itupun bertemu dengan ibu Desi yang kini menjadi ibu tirinya. Ibu Desi seorang perawan tua dan di nikahi oleh ayah Nana. Rumah ini milik ibu Desi dan ibu Desi berkuasa di rumah ini. Ayah maupun Nana tidak berani melawan wanita itu karena wanita itu selalu mengancam akan mengusir mereka jika mereka berani melawan.
Nana tahu, ayahnya menikahi ibu Desi bukan karena cinta tapi karena tidak mau Nana terus hidup dalam kemiskinan. Ayahnya ingin Nana tumbuh seperti gadis seusianya.
Walau tahu keputusan ayahnya salah, tapi Nana tidak mau berkomentar apapun. Nana hanya ingin menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya, meski itu menyakitkan.
"Sabar ya, Na, kamu pasti kuat kok." gumam Nana dengan suara parau.
"Kamu sudah dewasa sekarang, jadi jangan cengeng."
"Selamat ulang tahun ya, Na. Selamat berjuang melawan hari-hari yang menyakitkan ini."
Dalam kegelapan malam, Nana pun terisak.
   * * *