Nana sontak menoleh. Raut wajahnya yang pucat terlihat ketakutan. "Ma-maaf, ibu. Nana akan membersihkannya setelah ini."
"Ibu, ibu, jangan panggil aku ibu! Aku bukan ibumu!"
Wanita itu terlihat murka. Dengan raut wajahnya yang sudah memerah, wanita itu pun langsung mendorong tubuh kurus Nana ke dalam kamar mandi dengan kasar.
Nana seketika terisak saat keningnya membentur pinggiran bak mandi hingga berdarah. Nana tidak bisa menolak saat dengan sadisnya wanita itu langsung memukuli punggung Nana dengan gantungan baju yang terbuat dari besi.
"Ampun, bu. Ampun." Nana menangis. Tubuhnya yang masih basah kuyup itupun menggigil, menahan sakit dari pukulan ibu tirinya itu secara bertubi-tubi.
"Rasakan ini! Anak kurang ajar!"
Keributan pun tak dapat di hindari lagi. Tangis Nana yang semakin keras seolah semakin menyulut kemarahan wanita itu. Hingga seorang pria datang dengan langkah tergopoh-gopoh dan melihat apa yang tengah terjadi di dalam kamar mandi itu.
"Ada apa ini?"
Wanita itu seketika menoleh dan menghentikan aksinya. "Lihat, Mas, kelakuan anakmu benar-benar membuatku naik darah!"
"Memangnya apa yang di perbuat Nana?"
"Kamu lihat itu!" Wanita itu menunjuk ke lantai dapur yang terlihat kotor bekas kaki Nana. "Anakmu ini baru pulang keluyuran dan pulang-pulang sudah basah kuyup dan mengotori rumahku. Dasar anak tidak tahu diri!"