Mohon tunggu...
Siti Juariyah
Siti Juariyah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis online

Saya suka menulis, membaca buku, menonton film, serta menikmati senja dengan di temani secangkir teh hangat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Delapan Belas Tahun Nana

25 Januari 2023   12:06 Diperbarui: 25 Januari 2023   12:18 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash.com

     Ayah tidak salah menikah dengan ibu Desi.

     Nana yang salah karena tidak bisa menjadi anak yang baik.

     Nana janji tidak akan nakal lagi, Ayah.

     Nana sayang Ayah.

Nana pun menutup buku hariannya dan menaruh kembali di tempat semula. Nana merebahkan tubuhnya dan meringkuk menghadap ke jendela. Satu persatu bulir air matanya kembali berjatuhan.

Seperti inilah hidupnya sekarang. Semenjak ibunya meninggal, ayahnya menjadi sangat frustasi. Usaha rumah makannya bangkrut dan tidak terurus karena ayahnya tidak bisa fokus bekerja. Hingga keluarga Nana pun jatuh miskin. 

Sekitar tiga tahun kemudian, ayahnya yang duda itupun bertemu dengan ibu Desi yang kini menjadi ibu tirinya. Ibu Desi seorang perawan tua dan di nikahi oleh ayah Nana. Rumah ini milik ibu Desi dan ibu Desi berkuasa di rumah ini. Ayah maupun Nana tidak berani melawan wanita itu karena wanita itu selalu mengancam akan mengusir mereka jika mereka berani melawan.

Nana tahu, ayahnya menikahi ibu Desi bukan karena cinta tapi karena tidak mau Nana terus hidup dalam kemiskinan. Ayahnya ingin Nana tumbuh seperti gadis seusianya.

Walau tahu keputusan ayahnya salah, tapi Nana tidak mau berkomentar apapun. Nana hanya ingin menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya, meski itu menyakitkan.
"Sabar ya, Na, kamu pasti kuat kok." gumam Nana dengan suara parau.
"Kamu sudah dewasa sekarang, jadi jangan cengeng."
"Selamat ulang tahun ya, Na. Selamat berjuang melawan hari-hari yang menyakitkan ini."

Dalam kegelapan malam, Nana pun terisak.

     * * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun