Ia menggeleng. Sembari berkata, "Tak bisa. Waktu akan terus berjalan. Umur semakin menua. Perubahan akan selalu ada. Kematian akan semakin mendekat."
"Aku lelah. Bolehkah aku hanya berusaha menyiapkan kematian saja? Bolehkah aku meminta dan mengutarakan itu kepadanya?"
Ia mengangguk kembali. "Sampaikan. Kau sedang berupaya menjaga diri."
Aku bangkit dalam diamku. Menghapus air mata untuk kembali menatap sorotan mata semua orang.
Langkahku terhenti. Ketika ia kembali menggenggam tanganku. "Tetaplah bersamaku ya? Sesungguhnya aku sangat mencintaimu dan merindukanmu yang selalu bersamaku."
Aku mengangguk dengan senyuman.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HBeri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!