Aku mengangguk. Bertanda iya.
"Apa yang kamu rasakan saat ini?" tanyanya lagi.
Aku menjawab dengan tatapan kosong, "Sedih, kecewa, sakit, kesal, marah, patah, bodoh, tidak berharga..."
Belum usai mengutarakan semuanya, ia langsung memotong kalimatku.
"Kamu begitu berharga!"
"Apa buktinya?" tanyaku balik.
Ia menjawab dengan santai. "Semua makhluk di dunia ini yang tercipta, sangatlah berharga. Termasuk dirimu."
Aku menelan ludah. Tak memberikan tanggapan apa-apa.
Namun ia tetap saja berkicau. "Kemari! Tak perlu lagi kau sembunyi. Terlihat baik-baik saja akhir-akhir ini. Padahal nyatanya, kau hanya bersembunyi dibalik topengmu itu. Kau bersedih? Ya bersedihlah! Dunia memang tidak peduli akan itu. Tetapi dirimu sendiri punya hak untuk mengekspresikan semuanya!"
Aku malah tertawa. Ia tertegun pertanda bingung.
"Mengapa tertawa?"