Ada yang mengalami demikian?
Kenapa kita musti bahagia menjadi ibu?
Ibu berhak bahagia menjadi ibu, karena peran ibu dalam keluarga sangatlah besar. Seorang bunda adalah madrasah awal atau pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Bunda-lah pembentuk pondasi kekuatan iman, jiwa dan mental anak.
Dalam proses menjadi bunda, kita perlu menyadari, menerima, memahami keadaan dan situasi yang menyenangkan dan yang kurang nyaman.
Namun berhentilah menyalahkan diri sendiri apabila timbul masalah-masalah dalam proses tersebut, karena Allaah Swt. tidak meletakkan beban di pundak yang salah. Tuhan memberikan kepayahan kepada tiap insan tidaklah melebihi dari kemampuannya untuk mengatasi problema.
Ketika bunda sedang lemah, tidak perlu malu mengakui dihadapan Allaah. Karena memang manusia bersifat lemah dan bergantung pertolongan kepada-Nya. Kuncinya, bertahan dan bersandar kepada Sang Maha Kuat.
Anak tidak butuh bunda yang sempurna, tapi membutuhkan Ibu yang bahagia.
Maka ketika ada 'penyakit hati', ada luka batin yang belum sembuh, kita sebagai bunda sebaiknya siap melalukan penyembuhan dengan cara yang tepat untuk melepaskan beban jiwa agar tidak makin menumpuk.
Kita lepas satu per satu agar beban masalah tidak 'meledak' di kemudian hari. Luka yang tersimpan di hati bisa menjadi 'infeksi' bagi jiwa.
Beberapa teknik praktis yang bisa kita lalukan adalah menjadikan pikiran kita dipenuhi hal-hal.positif, mencurahkan isi hati dengan bercerita kepada orang yang tepat dan dipercaya, melakukan relaksasi pernafasan, memeluk diri sendiri (butterfly hug) dan berolahraga untuk mendorong hormon bahagia.
Menurut Ustadzah Hajar Aswad S.Pd, seorang motivator muda yang menjadi salah satu mentor di kelas SHC ini, menyampaikan bahwa sumber -sumber kebahagiaan itu berasal dari mencintai diri sendiri.