Ibu. Wajah yang dirindukan sekian lama, muncul berlarian kecil menyambut Surti.
"MasyaAllah, kamu sudah datang tho, Nduk!" Teriakan senang membuncah bersamaan derap langkah perempuan sepuh menghampiri Surti dan memeluknya erat di teras.
"Akhirnya kamu pulang, Nduk!" Dia lepaskan pelukan dan memandang gembira putri semata wayangnya.
"Nggih, Bu. Alhamdulillah perjalanan lancar," Surti mencium punggung tangan yang sudah berkeriput dengan takzim.
"Yo wes, ndang diangkat tasmu. Ini bawa apa? Ada dua dus besar. Kuat, po?" Ibu menyelidik bawaan Surti.
"Lha, buktinya sudah sampai rumah, Bu. Ya, dikuat-kuatkan saja." Derai tawa mereka berdua mengiringi langkah ke dalam rumah.
***
"Kamar ini, masih sama seperti saat aku tinggalkan. Ibu merawatnya dengan baik."
Surti memandang plafon berwarna putih.
Tubuhnya terbaring di kasur dengan seprai kembang pink kesukaannya pada masa itu, saat masih nyaman tinggal di kota ini. Wangi aroma blossom menguar lembut. Semua yang ada di dalam kamar, masih sama. Baik barang maupun posisinya. Tak ada yang merubah. Segala kenangan ada di sini.
"Ibu pasti mengerti, bahwa aku dan kenangan yang ada di kamar ini..." Kembara pikiran Surti terhenti, ketika suara ketukan pintu berbunyi lembut.
"Nduk, ayo makan dulu, sudah ibu siapkan makanan kesukaanmu."