"Kalau tulisan kuliner, terkadang sengaja browsing cari resep yang lagi viral, resep yang belum pernah dipraktikkan, request-an anak, request-an teman.
"Cuma kelemahan saya itu, bisa dengan baik menulis kalau konsentrasi. Artinya nggak ada kesibukan yang menyita perhatian dan pikiran saya. Saat saya jeda nulis, berarti lagi ada kegiatan penting." Pemaparan Bun Naz bikin saya manggut-manggut.
Sebagai guru penggerak dan memegang beberapa amanah di tingkat desa, kecamatan dan komunitas, saya memahami kesibukan beliau yang padat dan luar biasa. Persiapan beliau dalam kegiatan tulis-menulis tentu dipersiapkan dengan matang.
Demikian pula dengan Mbak Prajna Dewi. Kesibukan sebagai pengajar mahasiswa, pemateri seminar parenting, dan kepala akademik, beliau punya kebiasaan unik.Â
"Biasanya ide muncul karena obrolan dengan guru, anak, atau teman. Lalu setelah ada waktu, aku mulai buka-buka resource terkait topik itu. Dan mulai nulis." Jelasnya.
"Wah, ritualnya, musti ngobrol dulu ya mbak?" Penasaran saya berlanjut.
"Artikel tentang empati, (saya tulis) sehabis nonton youtube dengan NakDis  dan lanjut ngobrol," jawab beliau.
Hmm, pastinya beliau mempersiapkan bahan tulisan dengan cermat berdasarkan sumber-sumber yang beliau rangkum.
Berbeda halnya dengan Mbak Lilik Fatimah Azzahra - Fiksianer yang Keren dan Beken bagi saya, dengan artikel-artikel cerpen mistis maupun sharing kehidupannya yang inspiratif. Apa kebiasaan beliau sebelum menulis?
"Tidak ada ritual khusus, Mbakyu. Cuma semacam kebiasaan saja. Saya memilih menulis di waktu dini hari - sekitar pukul 02.00 WIB dan menyudahinya jelang Subuh.
Ritualnya paling sebelum menulis minum segelas air putih hangat untuk membersihkan pencernaan dari sisa-sisa makanan seharian. Begitu."
MasyaAllah, saya belum karuan bisa bangun dini hari dan meniatkan diri untuk menulis, lho! Kalau pun terbangun, palingan karena tak sengaja mendengar suara kendaraan atau binatang malam, atau mau buang air kecil. Habis itu juga lanjut tidur lagi.