"Ma, untuk makan malam, kita order satai ayam, ya?" tanya Evi.
Dyah menggelengkan kepala dengan tegas. "Nggak bisa."
"Limit paylater-nya kan masih banyak. Lagipula kan bisa dicicil," bujuk Evi.
"Dicicil bagaimana. Ini sudah tanggal 13, tiba-tiba semua tagihannya merapat. Nggak bisa dicicil. Harus bayar sekaligus di akhir bulan," keluh Dyah.
"Yah, aku lapar banget. Bumbu kacang satai ayam enaknya luar biasa. Nggak terlupakan. Kayaknya, sebentar lagi aku pingsan," ujar Evi. Ia pun memasang ekspresi selesu ikan mas mati. Tapi, kedua matanya yang berbinar penuh akal, melirik ibunya.
Dyah tetap cuek. Ia malah menyodorkan toples berisi kue kacang yang harga satu bijinya seribu Rupiah. "Kau ingin kacang? Ngemil ini saja."
Sembari merengut, Evi pun mulai ngemil kue kacang tersebut. Ia pun kembali good mood. Lumayan juga rasanya.
"Untuk makan malam, Mama sudah masak tumis kangkung, tempe goreng, dan sambal kacang. Kalau lapar, kau makan malam saja duluan."
Evi menganggukkan kepala. Ia tak menjawab karena mulutnya penuh dengan kue kacang.
***
AKU TAK BOROS. MAKAN KUE KACANG JUGA CUKUP KALAU NGGAK BISA BELI SATAI AYAM. AKU IRIT. BUKAN AKU YANG INGIN MAKAN NASI PADANG. AKU CUMA SUKA BUMBU KACANG.