Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jurnal Hantu, Bab 19 - Pocong Hotel Bagian 2

19 September 2024   19:17 Diperbarui: 20 September 2024   10:45 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com.

    Baru saja aku merenung, pocong berkumis tebal sudah siap menyerangku. Ia membuka rongga mulutnya dan keluarlah belatung seperti curah hujan.

      Aku memejamkan mata dan meyakinkan diri bahwa ini semua hanyalah halusinasi. Tapi, tetap saja aku merasa mual karena gerakan belatung yang menggeliat-liat. Aku sibuk melepaskan belatung yang hendak memasuki rongga telinga dan hidungku.

   Pocong berkumis yang melayang di udara itu mengibaskan diri. Tiba-tiba melayanglah gulungan kain kafan yang sangat panjang dan membelit diriku seperti kepompong. Kain kafan tersebut tersambung dengan kain kafan si pocong berkumis.

   Ranko menjerit histeris ketika melihat diriku melayang di udara setinggi dua meter. Ketika pocong berkumis hendak membanting diriku ke arah dinding gazebo, tiba-tiba Tama menampakkan diri. Ia menerjang si pocong berkumis sekuat tenaga hingga kain kafan yang menghubungkan si pocong berkumis dan diriku putus.

     Aku merasa inilah akhir dari riwayat hidupku. Tanpa kain kafan yang menahan, tubuhku meluncur karena gaya gravitasi. Tepat di bawahku, ada rumpun bambu China yang ujung-ujung batangnya berisiko menusuk diriku.

     Aku memejamkan mata dan mengingat wajah-wajah yang kusayang, yaitu Kakek Fandi, Ibu, Ranko, Tuan Kamizawa, Pak Rangga, dan Tama. Terutama Tama. Aku tak bisa menepati janjiku pada Nona Missy untuk menjaga Tama. Maafkan aku, Tama. Mungkin kita akan berjodoh untuk bertemu lagi di kehidupan yang lain.

     Ketika aku mengira diriku sudah tewas, terdengar suara raungan harimau yang menggetarkan seluruh penjuru Hotel Heart. Aku merasa diriku dibuai oleh sesuatu dan diletakkan dengan lembut di atas rumput. Sesuatu yang hangat menjilati pipiku hingga aku membuka mata dan terpana. Dua mata hijau sebesar bola tenis balik menatapku. Otomatis, aku berusaha menjauhi kepala harimau itu. Tapi, ia tak memberi kesempatan. Ia terus menjilati wajahku dan menggesek-gesekkan kepalanya ke dadaku.

      Harimau jadi-jadian ini berguling-guling kesenangan di atas rumput. Aku tercengang menatap dirinya yang seperti tak berdaging di bagian tubuh alias gepeng. Tapi, bagian kepala dan keempat kakinya tidak gepeng.  Walaupun ia bergerak maju dengan mengesot, tapi ia sangat lincah.

  "Ray, bantu aku. Jangan bermain terus dengan harimau itu!" Seru Tama yang mengalami kesulitan ketika melawan si pocong berkumis. Tubuh Tama tampak terbelit kain kafan si pocong berkumis.

     Tepat saat aku mengeluarkan Jurnal Hantu dari saku bagian dalam jaketku, harimau jadi-jadian itu menghilang seolah-olah ia mengetahui bahwa ia bisa terperangkap di dalam Jurnal Hantu. Aku segera merapal mantera.

Makhluk kegelapan kembalilah ke asalmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun