Dear Ranko, congratulation!
Kamu mendapatkan voucher menginap satu malam Suite Room di Hotel Heart dan breakfast untuk dua orang dari Luvluv Travel. Selamat menikmati staycation. Jangan lupa untuk mereview pengalaman indahmu di aplikasi kami. Terima kasih.
Buah mangga buah durian
Dimasak yummy jadi selai
Moment travelling paling menyenangkan
Luvluv Travel memang kece badai
Ranko menyeringai senang. Tak sia-sia Ranko membuat pantun puitis. Ia langsung menelepon sahabat karibnya.
"Mia, besok malam temani aku menginap di Hotel Heart. Kutunggu di lobby jam 7 sore," kataku.
"Memangnya kau punya uang?" Tanya Mia heran.
"Aku dapat voucher gratis. Kau dandan yang cantik, ya. Nanti kita selfie di spot-spot yang instagrammable. Jangan lupa bawa cemilan!"
"Ranko keren! Terima kasih banyak. Muaach!"
***
"Kamu sudah sampai mana, Mia? Sejak jam 7 malam aku sudah check in dan menunggumu di lobby hotel," kata Ranko. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 9 malam. "Segeralah datang! Sejak tadi front officer melirikku curiga. Aku tak mau dicurigai sebagai kupu-kupu malam."
Mia terkikik dan berkata, "Tenang saja. Aku sudah berada di tanjakan. Sepuluh menit lagi sampai. Tunggulah sebentar!" ujar Mia.
"Baiklah. Awas lho kalau kau tidak datang."
Jarum jam berdetak terus seperti bom waktu. Kesabaran memang bukan kelebihan Ranko. Sekarang sudah pukul setengah sepuluh malam, Ranko berbaring di kamar hotel. Ia menghela napas. Mengapa Mia belum datang juga? Ranko sudah meneleponnya berulang kali, tapi handphone Mia tak aktif. Mungkin motornya mogok hingga ia tak jadi datang. Tapi seharusnya Mia mengabari Ranko terlebih dahulu.
Akhirnya, Ranko terlelap. Tepat tengah malam ia mendengar bunyi gesekan. Sesuatu sedang mondar-mandir di luar pintu kamarnya.
KRESEK KRESEK.
KRESEK KRESEK.
Ranko beringsut mendekati pintu kamar hotel dan mengintip dari lubang intip. Tak ada siapa pun.
TOK TOK.
TOK TOK.
"Mia, kaukah itu?" Tanya Ranko. Ia kembali mengintip dari lubang intip. Tapi, lorong di depan kamar Ranko lengang. Ia pun memutuskan untuk tidur. Tapi baru setengah jam terdengar suara Mia sayup-sayup memanggilnya. Suara itu terdengar seperti berada di dalam dinding.
Ran...Ranko...
RANKO....
Ini Mia
Ranko membuka matanya. Akhirnya, Mia datang juga. Ranko pun membuka pintu dan celingukan. Tapi, tak ada siapa pun. Tepat saat Ranko hendak menutup pintu kamar, suara Mia kembali terdengar.
"Ranko, aku ada di taman. Kemarilah! Di sini indah sekali."
"Tunggu sebentar. Aku ambil cardigan dulu," sahutku sembari menyambar cardigan putih kesayanganku.
Taman Hotel Heart memang tampak indah di malam hari, tapi sangat lengang. Lampu-lampu lampion menambah romantis suasana. Ranko berpikir. Coba Mia datang dari tadi. Tentu kami minum kopi berdua di gazebo cantik dekat kolam ikan tersebut.
Ranko melangkah di jalan setapak yang sisi-sisinya dipenuhi tanaman bunga tulip berwarna merah muda. Ia sudah mengelilingi taman ini, tapi sosok Mia tak tampak. Apa suara Mia tadi hanya halusinasi atau ia sedang bermimpi? Ketika Ranko memutuskan untuk kembali ke kamar hotelnya, ia kembali mendengar suara Mia.
"Ranko, aku ada di sini."
Ranko terpana. Di tengah taman dekat gazebo tampak ayunan yang dihias sulur tanaman bunga mawar hingga berbentuk LOVE. Awalnya, ia tak menyadari adanya ayunan tersebut karena letaknya agak tersembunyi dalam rerumpunan.
Sungguh pemandangan yang cantik. Di dalam ayunan tersebut tampak Mia yang tersenyum ceria. Ia melambaikan tangan ke arah Ranko. Tentu saja Ranko langsung berlari menghampirinya. Walaupun taman itu ditanami berbagai jenis bunga, aroma melati yang paling tercium. Semakin mendekati Mia, aroma melati semakin kuat.
Mia langsung menghambur ke dalam pelukan Ranko. Ia tersenyum begitu manis hingga Ranko tak jadi memarahinya karena ia datang begitu terlambat. Tak seperti biasanya, ia lebih pendiam.
"Mari kudorong ayunanmu," kata Mia.
Awalnya, Ranko tertawa riang ketika ayunannya melambung tinggi. Semakin lama ayunannya semakin kencang hingga Ranko menjerit ketakutan.
"BERHENTILAH, MIA. AKU MUAL."
"Ini kan yang kau inginkan, Ranko? Kau senang?"
Ranko merasa hampir pingsan ketika ia menoleh ke belakang. Sosok Mia yang sedang mendorong ayunan, berubah menjadi pocong dengan kain kafan berwarna merah muda. Kontras dengan warna kain yang feminin, pocong itu berkumis tebal seperti singa laut. Memang pocong hotel lebih modis.
"HAHAHA. INI KAN YANG KAU INGINKAN?"
Ranko menjerit histeris. Anehnya, tak ada satu pun staff hotel yang mendengar kegaduhan ini. Dengan susah payah, Ranko menekan nomor kontak Ray. Malangnya, handphone-nya terlontar dan jatuh ke dalam rumpun bunga dandelion.
"POCONG KUMIS, HENTIKAN PERBUATANMU!"
"RANKO, INI MIA. AKU MIA."
Dalam satu dorongan tinggi, Ranko jatuh terperosok dari ayunan. Ia menangis ketakutan.
***
"Ray, bangunlah!" Hardik Tama. "Ada miscall dari Ranko. Tidak biasanya ia menelepon larut malam begini."
Aku menatap layar handphone. Hanya satu kali miscall dari Ranko. Aku pun menelepon balik. Tapi, tak ada jawaban.
"Perasaanku tak enak. Coba kau telepon Pak Rangga."
Aku melakukan permintaan Tama. Tak berapa lama kemudian, panggilan handphone-ku tersambung dengan Pak Rangga, asisten ayahnya Ranko.
"Pak, maaf menganggu. Tadi Ranko miscall aku. Tapi saat kutelepon balik, handphone-nya tak aktif. Bapak tahu Ranko di mana?"
"Di Hotel Heart. Ranko menginap di Suite Room No. 7 bersama Mia, sahabatnya."
"Terima kasih, Pak."
Aku menutup sambungan telepon dan langsung menyambar jaket denimku. Tak lupa aku menyelipkan Jurnal Hantu ke saku bagian dalam jaket. Tama pun langsung melompat ke bahuku. Kami siap menyelamatkan Ranko.
***
"Pak, biarkan saya masuk. Sahabat saya sedang dalam bahaya," kataku gusar.
"Saya tak akan tertipu pada pemuda sepertimu. Kau pasti ingin berbuat mesum di hotel ini, ya? Maaf, Dik. Hotel Heart ini hotel terpandang dan tidak mentoleransi perbuatan mesum."
"Tama, tolong halau sekuriti ini. Aku akan mencari Ranko."
Tama mengganggukkan kepala. Mata abu-abunya bersinar terang. Ia melompat ke wajah sekuriti yang malang.
"Aduh, dari mana datangnya kucing hitam ini?"
Aku memanfaatkan kesempatan itu dan menyelinap ke dalam hotel. Sembari mencari no kamar Ranko, tiba-tiba pandanganku tertumbuk pada taman cantik yang terletak di tengah hotel. Taman itu terang benderang hingga aku bisa melihat Ranko sedang duduk di atas rumput.
Aku segera menghampirinya. Ranko sedang berbicara sendiri.
"Ranko, apa yang sedang kau lakukan di sini?"
"Ray, kau datang terlambat sekali," seru Ranko sembari terisak. Ia langsung memelukku. Hey! Aku dipeluk gadis yang diam-diam kusukai.
Dengan ragu-ragu, aku balas memeluknya. "Maafkan aku. Sesegera mungkin aku datang ke sini begitu kau misscall. Memangnya ada apa?"
Ranko langsung melepaskan pelukan. Ia mengernyit. "Masa kau tak lihat pocong di sampingku?"
"Mana?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H