"RANKO, INI MIA. AKU MIA."
Dalam satu dorongan tinggi, Ranko jatuh terperosok dari ayunan. Ia menangis ketakutan.
***
"Ray, bangunlah!" Hardik Tama. "Ada miscall dari Ranko. Tidak biasanya ia menelepon larut malam begini."
Aku menatap layar handphone. Hanya satu kali miscall dari Ranko. Aku pun menelepon balik. Tapi, tak ada jawaban.
"Perasaanku tak enak. Coba kau telepon Pak Rangga."
Aku melakukan permintaan Tama. Tak berapa lama kemudian, panggilan handphone-ku tersambung dengan Pak Rangga, asisten ayahnya Ranko.
"Pak, maaf menganggu. Tadi Ranko miscall aku. Tapi saat kutelepon balik, handphone-nya tak aktif. Bapak tahu Ranko di mana?"
"Di Hotel Heart. Ranko menginap di Suite Room No. 7 bersama Mia, sahabatnya."
"Terima kasih, Pak."
Aku menutup sambungan telepon dan langsung menyambar jaket denimku. Tak lupa aku menyelipkan Jurnal Hantu ke saku bagian dalam jaket. Tama pun langsung melompat ke bahuku. Kami siap menyelamatkan Ranko.