Ranko terpana. Di tengah taman dekat gazebo tampak ayunan yang dihias sulur tanaman bunga mawar hingga berbentuk LOVE. Awalnya, ia tak menyadari adanya ayunan tersebut karena letaknya agak tersembunyi dalam rerumpunan.
Sungguh pemandangan yang cantik. Di dalam ayunan tersebut tampak Mia yang tersenyum ceria. Ia melambaikan tangan ke arah Ranko. Tentu saja Ranko langsung berlari menghampirinya. Walaupun taman itu ditanami berbagai jenis bunga, aroma melati yang paling tercium. Semakin mendekati Mia, aroma melati semakin kuat.
Mia langsung menghambur ke dalam pelukan Ranko. Ia tersenyum begitu manis hingga Ranko tak jadi memarahinya karena ia datang begitu terlambat. Tak seperti biasanya, ia lebih pendiam.
"Mari kudorong ayunanmu," kata Mia.
Awalnya, Ranko tertawa riang ketika ayunannya melambung tinggi. Semakin lama ayunannya semakin kencang hingga Ranko menjerit ketakutan.
"BERHENTILAH, MIA. AKU MUAL."
"Ini kan yang kau inginkan, Ranko? Kau senang?"
Ranko merasa hampir pingsan ketika ia menoleh ke belakang. Sosok Mia yang sedang mendorong ayunan, berubah menjadi pocong dengan kain kafan berwarna merah muda. Kontras dengan warna kain yang feminin, pocong itu berkumis tebal seperti singa laut. Memang pocong hotel lebih modis.
"HAHAHA. INI KAN YANG KAU INGINKAN?"
Ranko menjerit histeris. Anehnya, tak ada satu pun staff hotel yang mendengar kegaduhan ini. Dengan susah payah, Ranko menekan nomor kontak Ray. Malangnya, handphone-nya terlontar dan jatuh ke dalam rumpun bunga dandelion.
"POCONG KUMIS, HENTIKAN PERBUATANMU!"