"Ranko keren! Terima kasih banyak. Muaach!"
***
"Kamu sudah sampai mana, Mia? Sejak jam 7 malam aku sudah check in dan menunggumu di lobby hotel," kata Ranko. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 9 malam. "Segeralah datang! Sejak tadi front officer melirikku curiga. Aku tak mau dicurigai sebagai kupu-kupu malam."
Mia terkikik dan berkata, "Tenang saja. Aku sudah berada di tanjakan. Sepuluh menit lagi sampai. Tunggulah sebentar!" ujar Mia.
"Baiklah. Awas lho kalau kau tidak datang."
Jarum jam berdetak terus seperti bom waktu. Kesabaran memang bukan kelebihan Ranko. Sekarang sudah pukul setengah sepuluh malam, Ranko berbaring di kamar hotel. Ia menghela napas. Mengapa Mia belum datang juga? Ranko sudah meneleponnya berulang kali, tapi handphone Mia tak aktif. Mungkin motornya mogok hingga ia tak jadi datang. Tapi seharusnya Mia mengabari Ranko terlebih dahulu.
Akhirnya, Ranko terlelap. Tepat tengah malam ia mendengar bunyi gesekan. Sesuatu sedang mondar-mandir di luar pintu kamarnya.
KRESEK KRESEK.
KRESEK KRESEK.
Ranko beringsut mendekati pintu kamar hotel dan mengintip dari lubang intip. Tak ada siapa pun.
TOK TOK.