"Aku masih tak mengerti. Mengapa Linda mengakui dirinya membunuh ayahnya sendiri? Apa motifnya? Bukankah kunti merah yang membunuh Almarhum Pak Faiz?" Tanyaku pada Ranko dan Tama. Kami sedang berdiskusi setelah membaca liputan khusus pembunuhan Almarhum Pak Faiz melalui koran online.
Setelah menelan keripik singkong pedas kesukaannya, Ranko beropini, "Menurutku, memang benar Linda yang membunuh Almarhum Pak Faiz. Kau ingat kan perkataan Pak Doni bahwa Linda anak yang sangat penurut dan tak pernah membantah ayahnya. Lalu, sikap Pak Doni dan Fina yang sangat takut pada Almarhum. Aku tak bermaksud menjelekkan pribadi Almarhum. Tapi mungkin saja Linda merasa sangat tertekan berada di bawah bayang-bayang ayahnya. Pak Doni berkata ibunya Linda melarikan diri dengan pria lain."
"Ya, bisa saja teorimu benar," sahutku.
"Kalian sangat ceroboh," kata Tama meremehkan. "Aku beri petunjuk. Coba kalian bandingkan foto gadis yang ditemukan di dinding keran dengan foto Linda."
Jantungku berdebar kencang. "Mereka mirip, walaupun tak seperti pinang dibelah dua."
"Benar. Aku tak memperhatikannya," sahut Ranko dengan suara bergetar. "Ini benar-benar tragedi jika gadis di foto itu ialah ibu kandung Linda. Untuk apa ia merasuki Linda dan membunuh Almarhum Pak Faiz? Jadi, apa kesimpulannya, Tama? Walaupun aku indigo, kunti merah itu tak mau membeberkan perasaannya padaku."
Tama membusungkan dadanya. "Almarhum Pak Faiz melakukan pesugihan. Kalian ingat kan potongan kain kumal bertuliskan aksara?"
Aku dan Ranko menggangguk serempak.
"Nah, Almarhum Pak Faiz ingin menumbalkan Linda karena usaha Kedai Oishi hampir bangkrut walaupun memiliki banyak pelanggan. Aku menemukan foto Linda, untaian rambut, dan kain putih beraksara yang serupa di pojok ruangan saat kita menemukan potongan jenazah Almarhum. Aku segera memusnahkan kain itu karena berbahaya." kata Tama. "Saat kalian berkeliling di Kedai Oishi, aku juga membaca buku kas. Usaha tersebut memiliki pinjaman Bank yang besar."
"Tapi mengapa roh Almarhum Pak Faiz menelepon Pak Doni dan Fina?" Tanyaku penasaran.
"Almarhum tak senang rencananya gagal. Ia tak suka si kunti merah yang ingin menyelamatkan putrinya. Ia tak pernah menduga Linda berani melawan dirinya dan membunuh dirinya. Walaupun demikian, akhir kisah ini menyedihkan. Pikiran Linda terganggu dan harus dirawat psikiater. Semoga saja Linda segera sembuh," kata Tama.