Tama mendesah. "Aku malu. Walaupun aku sudah menjadi hantu kucing puluhan tahun, aku jarang berhubungan dengan dunia mistis di luar rumah Nona Missy. Tapi, itu bukan alasan. Bagaimana bisa aku lupa memberitahumu bahwa Tuyul Hitam itu bukan tuyul yang tubuhnya berwarna hitam."
      "Jadi, tubuh Tuyul Hitam berwarna apa?"
     "Seperti tuyul biasa. Warna tubuhnya hampir tidak ada bedanya dengan tuyul biasa."
    "Tapi, tuyul yang kita tangkap juga warna tubuhnya kembali normal," sanggahku keras kepala.
    Tama terpekur. "Kau tak mengerti, ya? Tuyul Hitam itu tuyul yang dipelihara oleh seorang dukun. Tuyul Hitam lebih sakti dibandingkan tuyul biasa."
     Aku terpana mendengar penjelasan Tama. "Jadi, di mana Tuyul Hitam?"
 "Ada yang berusaha mempermainkan kita. Perasaanku tak enak. Sebaiknya, kita segera keluar dari rumah ini."
    "Bagaimana dengan Pak Romi? Kita sudah berjanji untuk menyelesaikan tugas ini."
   Tama mendecakkan lidahnya. "Aku tak percaya pada Pak Romi. Ia sangat aneh. Dari tubuhnya aku bisa mencium aroma darah."
     "Masa?" Aku bergidik. "Apa ia Tuyul Hitam-nya? Tapi, ia terlalu gendut untuk menjadi tuyul."
      Tama terkekeh. "Hey, jangan body shaming."