PEKERJAAN KEEMPAT
Nama klien : Pak Romi.
Alamat: Jl Marga No. 20, Bogor.
Waktu bertemu: Jam 20.00.
Hantu: Tuyul Hitam.
Keahlian: Mencuri Uang dan Barang Kecil.
Aku menghela napas. Pekerjaan sudah datang kembali. Lelah juga menjadi pemburu hantu. Tuyul Hitam? Mungkin ia dinamakan Tuyul Hitam karena sekujur tubuhnya berwarna hitam. Bicara tentang hitam, aku ingin sekali minum kopi espresso dan donat hazelnut. Nikmatnya!
Tama, si roh kucing hitam, langsung bangun dari tidurnya ketika aku bersiap untuk pergi ke rumah Pak Romi. Tama telah membuktikan keahliannya sebagai partner pemburu hantu. Sayangnya, ia sangat perhitungan! Apakah kinerja berbanding lurus dengan pembayaran?
***
TING TONG
TING TONG
TING TONG
Setelah menekan bel tiga kali, barulah Pak Romi yang berusia setengah baya, membukakan pintu pagar. Sikapnya begitu waspada. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan seakan khawatir kedatanganku menjadi perhatian tetangga.
"Maaf ya, Ray. Aku tidak ingin beberapa tetanggaku yang tukang bergosip itu, ikut campur  dalam urusan ini. Namamu Ray, kan?"
Aku mengangguk. Tanganku terlipat rapi di pangkuan. Tama yang kasat mata, menggelendot manja di kakiku. Sekarang aku mengerti perasaan calon menantu jika berkunjung ke rumah calon mertuanya karena Pak Romi yang bertampang serius dan berkacamata tebal, menginterogasi kehidupan pribadiku dengan begitu teliti.
"Aku ingin kau mengusir Tuyul Hitam yang berada di rumah ini. Akibat kemunculan Tuyul Hitam itu di halaman rumahku, para tetangga menggosipkanku bahwa aku memelihara tuyul. Mereka memaksaku untuk mengganti uang dan barang yang dicuri si tuyul. Tentu saja aku menolak permintaan mereka sehingga mereka memusuhiku. Anak-anak kecil bernyanyi Majikan Tuyul Hitam setiap melihatku. Bahkan, mereka mencoret-coret dinding pagar rumahku dengan tulisan rumah Tuyul Hitam. Aku jengkel sekali hingga tekanan darahku naik."
Aku menggigit bibir untuk menahan senyum yang hendak terlontar. Pak Romi terlihat jenaka ketika mencurahkan perasaannya yang tertekan. Ia terus-menerus mengacak-acak rambutnya. Sembari menampilkan ekspresi serius, aku berkata, "Tenang saja Pak Romi. Tuyul Hitam tersebut bisa kuatasi."
Pak Romi mengusap keringat yang bercucuran di dahinya. "Hidupku sangat sengsara sejak adanya Tuyul Hitam. Ia berkeliaran di seluruh penjuru rumah. Ia mengganggu tidurku hingga aku berkantung mata panda!"