Tepat ketika Pak Romi selesai mengucapkan kalimat itu, sang Tuyul Hitam muncul dan bersandar santai di dadanya. Pak Romi berteriak histeris, "Tuyul Hitam abnormal! Jauhkan dia dariku! HIIIIY!"
Tentu saja si Tuyul Hitam terkekeh kesenangan. Ia menatapku dengan menantang sembari meleletkan lidah. "Apakah buku bagus ini milikmu?"
Aku sangat terkejut melihat Jurnal Hantu yang seharusnya masih berada di tas pinggangku, ada di genggaman Tuyul Hitam yang melompat kegirangan seperti kutu loncat. Kapan ia mencurinya? Dengan jengkel aku mengejar Tuyul Hitam iseng tersebut, sedangkan Pak Romi pingsan dengan anggun di atas sofanya.
Tuyul Hitam tersebut bergerak dengan sangat gesit. Ia muncul dan menghilang dalam satu kedipan mata hingga aku kewalahan. Tapi, Tama hanya memperhatikan tingkah lakuku dan Tuyul Hitam dengan santai. Tama, bantu aku dong!
"Ray, Ray ingin buku berharga ini. Apakah isinya?" Tuyul Hitam tersebut membuka Jurnal Hantu dengan penasaran. "Kosong?"
"Ini saatnya, Ray!" Seru Tama.
Aku tersadar dan mengucapkan kalimat berikut.
Makhluk kegelapan kembalilah ke asalmu.
Aku membebaskanmu dari perjanjian terkutuk.
Mahkluk kegelapan terkurunglah kau di sini.
Abadilah dalam keheningan.
Lucu sekali melihat Tuyul Hitam yang menjerat dirinya sendiri dengan membuka Jurnal Hantu. Tuyul Hitam pun terkurung dalam Jurnal Hantu. Aku masih bisa melihat dirinya yang menggeliat-geliat murka di halaman Jurnal Hantu. Ia memamerkan taringnya yang tajam, tapi siapa yang takut? Hehehe.
   Tak kusangka. Tuyul Hitam menangis. Ia duduk dengan lesu. Ia melakukan gerakan menulis di udara.
SALAH.