Para hadirin pun tertawa. "Pup itu tinja, Asep. Bukan pub, tempat minuman keras."
Mendengar tawa teman-temannya, Asep pun tertawa. Tapi wajahnya tetap bingung. Ia pun duduk kembali.
Indra pun melanjutkan ceramahnya yang terputus, "Jika pupuk kandang disebar begitu saja, bisa terbawa air hujan. Pekerjaan Bapak-bapak dan Ibu-ibu jadi sia-sia. Untuk apa keluar uang membeli pupuk kandang, jika pupuk kandangnya hanyut? Selain itu, pupuk kandang menyebabkan bau tak sedap. Memangnya Bapak-bapak dan Ibu-ibu ingin mencium bau parfum pup sapi selama bertani? Belum lagi datang tamu tak diundang, si lalat. Dari kemarin sandal jepit saya saja dikejar puluhan lalat."
Alam mendeham karena topik pembicaraan Indra mulai melenceng 360 derajat. Apa urusannya lalat dengan sandal jepit? Memang sandal jepit Indra saja yang bau dan tak higienis sehingga mengundang lalat. Tapi bukan Indra Suhendra jika tak berpidato panjang lebar. Jika bisa bercerita sepanjang Sungai Nil, dan selebar Benua Afrika, mengapa tidak? Mahasiswa ceking yang dicurigai cacingan oleh rekan-rekannya ini tak pernah peka. Diberi isyarat kedipan mata oleh Nisa, salah satu rekan KKN-nya, ia malah balas mengedip dengan centilnya. "Belum lagi lalat betina yang mencium bibir saya yang imut ini. Kurang ajar banget. Coba Nisa yang cantik, yang mencium saya. Pasti tak akan saya tolak. HAHAHAHA," ujar Indra sembari menunjuk Nisa yang wajahnya langsung semerah cabai. Para petani pun langsung tertawa riuh rendah. Indra yang merasa mendapat dukungan hadirin, melanjutkan celotehannya yang tak keruan, "Kalian tahu? Tak tahu, kan? Kemarin saya berhasil membunuh 30 lalat. Untungnya, sewaktu SD dulu saya rajin berlatih pencak silat. Lawan puluhan lalat saja sih kecil."
Alam menepuk jidat. Entah salah makan apa Indra ini. Memalukan kelompok KKN Universitas Salaka saja. Ia pun langsung membekap mulut rekannya yang melantur itu dan merampas mic. "Bapak-bapak dan Ibu-ibu, pupuk kandang itu sebaiknya dicampur dengan pupuk kompos dan dibiarkan dulu seminggu sebelum dipakai. Tapi menurut kami, lebih baik menggunakan pupuk kompos yang dibuat dari daun-daun tanaman itu sendiri dibandingkan pupuk kandang yang berpotensi mencemari lingkungan. Pupuk kandang melepas gas metana. Sementara gas metana itu menyebabkan efek rumah kaca sehingga memicu pemanasan global."
Melihat wajah para petani yang merenung, Alam pun bertanya, "Apakah kalian mengerti?"
"MENGERTI."
"Jadi, kalian sebaiknya menggunakan pupuk apa?"
"PUPUK KANDANG."
"Bukankah kita sudah sepakat untuk membuat pupuk kompos? Nanti kami akan mengajarkan cara membuatnya."
"PUPUK KANDANG."