"Tapi kan Bu, di tepi sungai tetap harus ada biologic septic tank, seperti gentong berkeran yang diberi filter agar tinja terurai dulu dan tak mencemari air sungai. Jika hanya menggunakan pipa paralon, pup-nya seperti main serodotan saja ke sungai."
Bu Iman menatap Alam dengan skeptis. "Yang penting lancar." Jempol tangan kanannya pun terangkat kembali seolah menantang.
Alam pun tak bisa mendebat lagi. The power of Emak tak terkalahkan.
Inilah manfaatnya KKN. Permasalahan yang terjadi di desa, bisa tampak secara langsung. Ia harus berembuk dengan kelompok KKN-nya untuk mengatasi masalah ini. Kemudian, membicarakan masalah pencemaran air sungai ini dengan Pak Tata, Kepala Desa Legok.
***
Sebulan kemudian,
"Terima kasih banyak. Atas bantuan kalian, sekarang desa kami memiliki septic tank komunal dan biologic septic tank," ujar Pak Tata, Kepala Desa Legok.
Kelompok mahasiswa KKN pun tersenyum. Sungguh senang bisa berbuat sesuatu untuk warga Desa Legok.
"Ah, bantuan kami tak seberapa. Kami pun mengerjakannya bersama-sama dengan warga desa", ujar Alam.
Indra membetulkan letak kacamatanya yang merosot. "Iya, Pak Kades. Desa Legok wajib menjaga kebersihan air sungai untuk mensukseskan program pemerintah tentang Blue Economy."
"Blue Economy?" Tanya Pak Kades dengan heran.
Indra pun tersenyum sumringah. Ia selalu senang memamerkan pengetahuannya. "Iya, Pak Kades. Blue Economy atau ekonomi biru itu program pemerintah yang menjaga kualitas air sungai yang merupakan penyokong laut atau pun samudra. Pup itu merupakan zat organik yang mencemari air sungai. Dengan Blue Economy, kualitas lingkungan terjaga dan masyarakat pun sejahtera. Siapa tahu Desa Legok bisa berkembang menjadi desa wisata. Pak Kades tahu kan pendapatan penduduk di sini harus ditingkatkan. Bagaimana pertanggungjawaban Bapak sebagai Kades jika masyarakat kurang sejahtera? Bapak harus ..."