"IYA. IYA. AKU AKAN BERTANGGUNG JAWAB MENGGANTINYA."
"SEKARANG! GANTI SEKARANG!" Jerit mereka sekompak cheerleaders.
"SABAR, IBU-IBU. PASTI AKU GANTI RUGI. AKU INI SEDANG PATAH HATI. KALIAN TAK BERPERASAAN!" Teriak Vino sembari menutup daun jendela kamarnya.
"HUUUU!" Balas para ibu dengan gemas.
***
"Jinnie, aku  menyadari bahwa aku salah. Dua permintaan berlalu dengan sia-sia karena aku begitu egois. Permintaan pertamaku tak berjalan sebagaimana mestinya karena banyak panci yang kembali rusak sehingga banyak pelanggan yang mencaci maki. Permintaan kedua pun berakhir dengan kandasnya cintaku. Semua ini karena aku hanya mementingkan kebahagiaanku. Aku tak pernah memikirkan kebahagiaan orang lain seperti pamanku yang tegas, tapi baik hati padaku dengan caranya sendiri. Jadi, permintaan terakhirku ialah aku ingin pamanku berbahagia," ujar Vino penuh perasaan.
Jinnie tersenyum lebar mendengar permintaan Vino yang terakhir. Kemudian, ia berkata, "Baiklah, Jinnie akan mengabulkan permintaan terakhir Tuan Majikan."
Tiba-tiba sosok Jinnie ditelan gumpalan asap hijau yang entah dari mana sumbernya. Diiringi bunyi ledakan besar, gumpalan asap tersebut memudar dan menghilang. Tampak sesosok gadis yang cantik jelita dengan raut wajah khas Timur Tengah.
"Siapa kamu?" Tanya Vino.
"Aku Jinnie yang sudah menjadi manusia. Sekarang hubungan kita bukan lagi hubungan antara tuan dengan budak jin. Terima kasih banyak Vino sudah membebaskanku."
"Tapi, aku memohon kebahagiaan pamanku, bukan memohon kebebasanmu."