Nampak kepala-kepala tanpa raga. Rupa-rupa seringainya. Kami bertabrakan, saling terpental. Lalu bertabrakan lagi dengan tubuh-tubuh lainnya yang tanpa kepala. Aroma anyir menguar bercampur bau busuk. Bulu kuduku meremang.
Cahaya serupa obor itu bertambah satu, bertambah satu lagi, bertambah lagi hingga gelap malam menjadi benderang. Teriakan penduduk bersahutan. Tangan mereka mengepal, tangan lainnya mengangkat obor tinggi-tinggi.
Suara kentongan dipukul dua ketuk, bersahutan. Penanda sedang ada pencurian di desa itu. Mereka berhenti di depan pagar bambu bercat putih. Rumah Kades Sadikin. Awasku memerhatikan mereka.
Lelaki tambun itu keluar. Ia bersarung kotak-kotak dan kaos oblong hijau. Keramaian hilang keriuhannya. Hanya suara jangkrik yang lantang menantang cahaya obor itu.
Benar, seseorang melaporkan bahwa Temon, kucing kampung berambut hitam, telah hilang. Bulan lalu si Heli, anjing Labrador hitam, juga tiba-iba menghilang. Beberapa waktu sebelumnya, 3 ekor ayam kampong hilang, semua berwarna hitam, berturut-turut tiga purnama.
"Mungkin hewan peliharaan kalian itu kabur. Nanti juga kembali lagi."
"Yang jadi masalah adalah kenapa semua yang berwarna hitam, Pak Kades?"
"Iya, Pak Kades. Semua itu terjadi sejak kebakaran di rumah Pak Danang."
"Baiklah, besok pagi kita kumpul di halaman kantor desa."
Ā
Suara keributan itu pelan-pelan menghilang. Satu persatu obor pun padam.