BAB 1. PENDAHULUANÂ
Latar Belakang
Perkembangan sektor pertanian di Indonesia menjadi dasar pembangunan sektor nasional lainnya. Terdapat beberapa hal yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor yang memiliki peranan penting antara lain:Â
1. Potensi sumberdaya alam yang besar dan beragam, 2. Pangsa besar terhadap pendapatan nasional, 3. Besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, 4. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya terhadap sektor pertanian, 5. Sektor pertanian menyediakan bahan baku industri yang menjadi basis pertumbuhan perekonomian, 6. Potensi penyerapan tenaga kerja berdampak pada perbaikan perekonomian masyarakat.
Dari waktu ke waktu konstribusi sektor pertanian dihadapkan pada permasalahan dimana semakin meningkatnya kebutuhan pangan masyarakat akibat melonjaknya angka jumlah penduduk. Untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, peran tenaga kerja tentu menjadi prioritas dalam meningkatkan produksi pertanian.Â
Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perkebunan.Â
Banyaknya subsektor pertanian membuktikan pentingnya sektor pertanian di Indonesia, namun produktivitas pertanian belum mampu memberikan konstribusi sesuai dengan yang diharapkan dikarenakan sumberdaya manusia yang rendah untuk menunjang keberhasilan usahatani.
 Sumberdaya tenaga kerja merupakan modal bagi pembangunan pertanian. Pemanfaatan sumberdaya tenaga kerja sebagai faktor utama proses produksi dipengaruhi oleh faktor pendidikan, keterampilan dan keahlian. Tingkat pendidikan tenaga kerja berpengaruh terhadap kualitas tenaga kerja dimana pendidikan bedampak positif terhadap pemikiran, perilaku, sikap, dan pola pikir.Â
Semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pula penguasaan atas pikiran sikap dan perilaku. Kondisi dan karakteristik tersebut dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi dari sumberdaya manusia yang sangat berguna (Widyastuti, 2012). Keterbatasan pendidikan formal tenaga kerja sektor pertanian di Indonesia mengakibatkan pada penurunan produksi.Â
Pertanian Indonesia didominasi oleh pertanian rakyat yang pelakunya merupakan petani dengan tingkat pendidikan rendah. Hal ini berdampak pada tingkat produktivitas usahatani karena minimnya informasi dan strategi mengenai optimalisasi budidaya sektor pertanian.
 Selain didominasi oleh tenaga kerja dengan tingkat pendidikan rendah, tenaga kerja sektor pertanian sebagian besar adalah perempuan. Tenaga kerja wanita sangat dibutuhkan dalam proses usahatani terutama pada masa tanam dan masa panen.Â
Pada masa tanam dan panen membutuhkan lebih banyak jasa dengan ketelitian untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Tenaga kerja wanita merupakan tenaga kerja yang dapat diandalkan untuk pekerjaan yang membutuhkan tingkat kerumitan tinggi.
Â
Rumusan Masalah
- Apa faktor penyebab tranformasi tenaga kerja sektor pertanian ke non-pertanian?
- Bagaimana peran tenaga kerja wanita bagi sektor pertanian?
- Apa yang mempengaruhi kualitas sumberdaya tenaga kerja sektor petanian?
- Bagaimana peran tenaga kerja dalam peningkatan produksi pertanian?
Tujuan
Tujuan umum
Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Pertanian
Tujuan Khusus
Adanya penulisan ini untuk menjelaskan bagaimana peran tenaga kerja dalam meningkatkan produksi pertanian terutama masalah genderisasi seperti peran tenaga kerja perempuan pada sektor pertanian, dan apa saja yang mempengaruhi kualitas tenaga kerja. Kemudian untuk menguraikan faktor penyebab transformasi tenaga kerja sektor pertanian ke non-pertanian.
Â
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tenaga kerjaÂ
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (usia 15-40 tahun) atau seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat menghasilkan produk jika ada permintaan dari jasa mereka dan jika mereka mau berpartisipasi. Sedangkan menurut Arfida (2003:19), tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (working age population) yang mampu menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.Â
Peran tenaga kerja pertanian dalam penyerapan tenaga kerja nasional tidak terbantahkan memiliki konstribusi besar sekitar 35,3% (Kementrian Pertanian, 2015). Keberadaan sumberdaya tenagakerja di Indonesia khususnya sektor pertanian masih seringkali menghadapi permasalahan klasik yaitu penurunan angka tenaga kerja yang diakibatkan oleh beberapa faktor utama.Â
Terbatasnya sumberdaya tenagakerja pada pertanian berdampak pada terhambatnya kegiatan produksi pertanian karena sebagian besar tenagakerja sektor pertanian belum dapat digantikan oleh alat mesin pertanian. Oleh karena itu, semua kegiatan pada sektor pertanian mulai subsistem huku hingga subsistem hilir masih bergantung pada tenaga kerja.
2.2 Tranformasi tenaga kerja
Tranformasi merupakan perpindahan tenaga kerja dari suatu sektor ke sektor lainnya. Penurunan presentase jumlah penduduk yang bekerja di sektor primer merupakan transformsi dari perkembangan perekonomian sektor agraris ke sektor industrial. Hal ini perlu diperhatikan untuk meminimalisir penurunan tenaga kerja sektor pertanian yang akan berdampak pada penurunan kualitas produksi.Â
Transformasi tenaga kerja di Indonesia semakin sering terjadi karena sektor pertanian diyakini kurang mampu memberikan jaminan keuntungan untuk meningkatkan kesejahteraan pelakunya.Â
Secara nasional, lapangan pekerjaan yang tergolong sektor primer (pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan) merupakan lapangan pekerjaan dengan penyerapan tenaga kerja terbesar terutama di daerah pedesaan merupakan suatu yang relatif mengingat  besarnya penduduk yang bermukim dan sumberdaya alam di pedesaan.
2.3 Tenaga kerja wanita
Tenaga kerja wanita merupakan permintaan kebutuhan jasa yang dapat dipenuhi oleh wanita. Pada sektor pertanian, tenaga kerja wanita sangat berperan penting dalam melaksanakan sebagian besar proses pada kegiatan usahatani.Â
Pada kegiatan penanaman, perawatan, panen , pengolahan dan pemasaran adalah kegiatan dalam agribisnis yang membutuhkan ketelitian, kegigihan dan kelatenan dalam proses pengerjaannya dimana karakteristik ini sangat cocok dikerjakan oleh wanita.Â
Dorongan penyerataan gender memberi ruang kepada kaum perempuan untuk terlibat lebih banyak di sektor perekonomian baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kondisi ini tidak hanya terjadi di wilayah perkotaan, didaerah pedesaan kaum wanita semakin aktif terlibat dalam sektor perekonomian.Â
Pada sektor pertanian, pembagian kerja yang tidak seimbang dimana beban kerja lebih berat diberikan pada tenaga kerja wanita dengan status pekerjaan dan timbal balik yang tidak jelas serta tidak sesuai dengan beban pekerjaan yang diberikan.
2.4 Produksi pertanian
      Produksi pertanian adalah banyaknya produk usahatani yang dihasilkan dalam rentan waktu tertantu. Sumberdaya alam di Indonesia berpotensi menghasilkan produk pertanian yang beragam. Dari waktu ke waktu produksi pertaian harus terus ditingkatkan guna memenuhi ketersediaan pangan masyarakat.Â
Untuk menghasilkan produk pertanian yang unggul dan berdaya saing maka dibutuhkan ketepatan dalam proses usahataninya mulai dari persiapan dan penyediaan input usahatani unggul, ketepatan tata cara penanaman, ketepatan perawatan dan pembasmian hama penyakit dan ketepatan proses panen.
Â
BAB 3. PEMBAHASAN
Tenaga kerja diasumsikan mempunyai tujuan untuk memaksimumkan nilai guna. Â Dalam arti luas, sektor pertanian dapat menyerap tenaga kerja hingga 35-45% dari angkatan kerja di Indonesia.Â
Tingginya kebutuhan pangan masyarakat menuntut sektor pertanian untuk terus meningkatkan produktivitasnya sementara itu diwilayah tertentu pertanian mikro tidak dapat menghasilkan produk pertanian seperti yang diharapkan hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah kurangnya sumberdaya tenaga kerja.Â
Untuk menghasilkan produk pertanian yang unggul baik dari segi kuantitas maupun kualitas dibutuhkan tenaga kerja yang memadai dan berkualitas. Tenaga kerja pada sektor perekonomian memiliki peran yang berbeda.Â
Di Indonesia tenaga kerja yang bergerak sektor primer cenderung menjadi tenaga utama yang menjadi indikator keberhasilan suatu produksi karena pada sektor pertanian cenderung menggunakan cara tradisional dimana pekerjaan manusia belum dapat digantikan oleh alsintan.
3.1 Transformasi tenaga kerja pertanian ke non pertanian
Seiring dengan terjadinya industrialisasi, perpindahan tenaga kerja sektor pertanian ke sektor lain semakin sering terjadi. Perpindahan tenaga kerja ini menjadi lumrah terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Perpindahan ini diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu:
Sektor pertanian diyakini tidak mampu memberi jaminan keuntungan
Produktivitas yang tidak menentu akibat kondisi alam, perubahan iklim dan keberadaan sumberdaya tenaga kerja dan proses meghasilkan produk dalam rentan waktu lama  mengakibatkan sektor pertanian tidak mampu menjamin kesejahteraan pelakunya.Â
Kegagalan dalam proses budidaya sering terjadi dan mengakibatkan kerugian yang terus berlanjut bagi petani. Hal ini menjadi pemicu utama transformasi tenaga kerja pertanian ke sektor industrial yang diyakini mampu memberikan profit lebih cepat dan tinggi.
Tingkat upah
Pendapatan sebagai timbal balik dari jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja sering dijadikan tolak ukur seseorang terhadap suatu pekerjaan. Ketidakseimbangan antara tingkah upah dengan beban pekerjaan yang diberikan membuat pelaku sektor pertanian memilih pekerjaan lain yang dianggap lebih mampu memberikan timbal balik sesuai dengan beban.Â
Namun hal ini menjadi logis jika berdasarkan teori Insider-Outsider bahwa tidak seluruh pekerja berada pada posisi dengan imbalan yang sesuai dengan keinginn mereka seperti buruh dengan keahlian terbatas dibayar dengan tingkat upah rendah berbeda dengan pekerja sektor sekunder dan tersier  memiliki banyak kesempetan untuk menentukan posisi yang diinginkan karena tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki tinggi.
Sektor pertanian dianggap kurang bergengsi Â
jika dibandingkan dengan sektor industrial lainnya, sektor pertanian sering dipandang sebelah mata, sebenarnya jika dikerjakan dengan benar sektor pertanian dapat memberikan keuntungan besar pagi pelakunya. Sektor pertanian kini sering dibandingkan dengan sektor lainnya.Â
Fenomena ini membuat kurangnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian. Tidak adanya regenerasi tenaga kerja pertanian dikhawatirkan tidak berkembangnya sektor pertanian dimasa yang akan datang sehingga kebutuhan pangan dalam negeri tidak dapat terpenuhi.
3.2 Peran tenaga kerja wanita pada sektor pertanianÂ
   Pertanian skala kecil terutama di pedesaan lebih memilih menggunakan tenagakerja keluarga untuk menghemat modal untuk biaya tenaga kerja. Data kementrian pertanian tahun 2022 menyebutkan bahwa jumlah tenaga kerja sektor pertanian sebanyak 35 juta orang.Â
Sebagian besar tenaga kerja bekerja di subsektor tanaman pangan sebanyak 17.22 juta jiwa, perkebunan sebanyak 10,31 juta jiwa, peternakan 4,30 juta jiwa dan ortikultura sebanyak 3,17 juta jiwa. Data kementrian pertanian 2022 juga menunjukkan bahwa tenaga kerja sektor pertanian didominasi oleh wanita sebanyak 21,52 juta jiwa sementara pria sebanyak 13,48 juta jiwa.Â
Peranan penting tenaga kerja wanita pada sektor pertanian tidak dapat dibantahkan lagi. Sebagian besar penduduk yang tinggal dipedesaan dengan lapangan pekerjaan utamanya dibidang pertanian dan lebih dari 50% diusahakan oleh wanita tani. Penyetaraan gender memberi kesempatan bagi wanita untuk berkontribusi di sektor perekonomian.
Â
Gambar 3.1 grafik presentase tenaga kerja subsektor pertanian
Â
Keahlian tenaga kerja wanita cenderung lebih tinggi dibanding laki-laki meskipun dilihat dari segi tenaga, tenaga kerja lebih unggul namun tenaga kerja wanita dianggap lebih optimal dalam melaksanakan kegiatan yang membutuhkan tingkat kesulitan lebih. Tenaga kerja wanita memberikan konstribusi waktu lebih banyak. Perempuan dapat diterima terlibat langsung tanpa mengganggu aktivitas kodratnya sebagai ibu rumah tangga.
Â
Karakteristik wanita tani
Â
Karakterstik tenaga kerja wanita pada sektor pertanian meliputi umur, pengalaman usahatani pendidikan formal dan jumlah tanggungan. Faktor umur berkaitan dengan kondisi fisik, semangat, tenaga serta kemampuannya dalam melakukan pekerjaan.
 Pengalaman merupakan modal utama seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan, bagi petani pengalaman merugikan maupun menguntungkan menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan usahatani berikutnya. Rendahnya tingkat pendidikan formal wanita tani mengakibatkan rendahnya keahlian dan keterampilan dalam usahatani seperti dalam mengadopsi teknologi pertanian dan mengolah inovasi terkini.
Â
3.3 Faktor yang mempengaruhi kualitas tenaga kerja
Â
Kualitas tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk menunjang optimalisasi suatu sektor. Kualitas tenaga kerja dipengaruhi oleh usia semakin tua maka semakin berkurang semangat dan tenaga yang dimiliki. Faktor pendidikan berpengaruh dalam keahlian dan keterampilan. Faktor mindset tenaga kerja dalam komitmen terhadap suatu pekerjaan. Kurangnya minat terhadap pekerjaan akibat lingkungan.
Â
BAB 4. PENUTUP
Â
Kesimpulan
Perkembangan sektor pertanian di Indonesia menjadi dasar pembangunan sektor nasional lainnya. Sektor pertanian menjadi basis sektor karena merupakan sektor yang dianggap mampu memberikan konstribusi besar bagi perkembangan sektor lain.Â
Untuk menghasilkan produk unggul dan berdaya saing, dibutuhkan tenaga kerja dengan keahlian untuk menunjang keberhasilan usahatani. Tingginya penyerapan tenaga kerja sektor pertanian berdampak positif pada perbaikan perekonomian masyarakat.Â
Di sisi lain, penurunan tenaga kerja sektor pertanian sering kali terjadi akibat tranformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industrial. Faktor utama penyebab transformasi adalah sektor pertanian tidak dapat menjamin keuntungan dan kesejahteraan bagi pelakunya. Tingginya penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di dominasi oleh tenaga kerja wanita di pedesaan maupun kota dengan konstribusi dan peran lebih tinggi dibanding tenaga kerja pria.
Â
SaranÂ
Permasalahan yang komplek terkait keberadaan tenaga kerja sektor pertanian perlu diperhatikan dan diselesaikan dengan tetap memperhatikan faktor-faktor pendukung keberhasilan. Transformasi tenaga kerja jika terjadi terus menerus mengakibatkan menurunnya efektivitas sektor pertanian dalam menghasilkan produk unggul.Â
Masalah klasik mengenai tranformasi tenaga kerja dapat diatasi dengan pengembangan agroindustri untuk meningkatkan profit bagi pelaku pertanian dan pengembangan inovasi teknologi. Cara ini dapat mempengaruhi minat masyarakat dan generasi muda terhadap sektor pertanian.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H