Mohon tunggu...
Silvia Ayudia Noorty
Silvia Ayudia Noorty Mohon Tunggu... Editor - A Mom, A Sr. Editor, Writer

Suka nulis, suka belanja, cita-cita kaya raya ❤️

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tangerang, 20 Tahun yang Lalu...

2 September 2015   14:53 Diperbarui: 2 September 2015   14:56 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tak memepermasalahkan bahwa pemulung akan terus berkutat dengan sampah, namun apa yang akan Cupling lakukan dengan mengajakku, apakah Aku akan memulung mengikutinya atau Aku hanya diajak untuk menjadi penonton baginya. Ya.. Aku pikir ini akan mengasyikan.

Jalan demi jalan kami susuri dengan riang, belum ada sampah layak ambil yang ditemukan Cupling dan karung besarnya. Kami selingi kegiatan kotor itu dengan berlarian saling mengejar, kami tertawa sangat kencangdan lepas, sesekali Cupling tersungkur karena tersandung, keringat nya bercucuran dan ingusnya semakin banyak ketika bercampur keringat. Lucu sekali pemulung kecil ini, pikirku.

Di suatu jalan kampung kami menemukan beberapa sampah plastik yang layak untuk di pulung , ada bekas air mineral dan bekas snack. Mungkin ada orang hajatan barusan . Cupling mengajakku dengan cepat memulung beberapa sampah tadi, agar tidak keduluan pemulung lain yang lebih tua, mungkin Cupling bisa di palak nanti , ujarku dalam hati.

Kami berjalan pulang dengan berlarian lagi, Cupling terlihat gembira saat itu, seolah baru saja menemukan harta karun yang melimpah.

Sesampainya di rumah Cupling, terlihat bapak-bapak berkumis tebal dan seorang wanita yang belum terlalu tua menggendong balita, mungkin itu bapak dan ibu Cupling. Mereka sedang memilah-milah sampah di dalam gerobak , sampah plastik dan lainnya dipisah sesuai tempatnya.

Aku dan Cupling mendekat, Cupling menyerahkan sampah di karungnya kepada bapak-bapak itu, Oh.. ternyata itu benar bapaknya, dan tentu saja wanita itu adalah ibunya dan balita itu adiknya.

Mereka tengah asyik memilah-milah sampah dan Aku harus pulang karena hampir gelap, aku hanya melambaikan tangan pada Cupling, lalu aku berlari pulang.

...

        Keesokan harinya, aku memberanikan diri datang sendiri kerumah Cupling. Nampak sepi rumahnya pagi itu, pintu kardus yang tertutup begitupun jendela nya.

       Aku mendekat ke arah pintu dan Cupling tiba-tiba keluar , seolah ia sudah mengetahui teman baru nya datang pagi itu. Ia mempersilahkan Aku masuk dan menggandeng tanganku, terlihat ibu nya sedang sibuk mengupas sesuatu dan adik Cupling masih tertidur pulas di tikar bambu. Mungkin bapak Cupling sudah berangkat memulung pagi itu.

Cupling mendekat pada ibunya dan meminta sesuatu berwarna kuning keputihan di atas piring plastik, ia memakannya dengan lahap dan disodorkan kepadaku juga. Aku juga memakannya , namun tak selahap Cupling, Aku takut sakit perut. Ya , Cupling sarapan dengan tebu pagi itu !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun