Suasana pasca tahun baru kemerdekaan satu bulan yang lalu, masih terasa hangat bagi para rakyat. Pengharapan Indonesia merdeka yang telah ditunggu tunggu. Namun, ternyata tidak semudah apa yang diharapkan. Jakarta sebagai ibu kota pemerintahan pasca proklamasi kemerdekaan ternyata menjadi wilayah yang keamanannya semakin tidak terkendali.
“sepertinya itu Belanda!” teriak salah seorang rakyat.
Terlihat para belanda berjalan dengan membawa senjata ditangannya. Tersenyum menyeringai melewati para rakyat dengan begitu santai.
Tentara sekutu kembali lagi datang ke Indonesia, kedatangan tentara sekutu ini diboncengi oleh pihak NICA (Netherlands-Indies Civil Administration) yang ingin menjajah kembali Indonesia. Krisis ekonomi di Indonesia mulai menurun, Kas negara kosong, pertanian dan industri rusak berat akibat perang.
Mendengar hal itu, Hamengkubuwono IX mulai berpikir melangkah membantu Indonesia. ditunjukkan melalui dukungan finansial, dan perencanaan perpindahan Republik Indonesia dari pusat pemerintahannya ke Yogyakarta.
BAB V
(Ibukota baru)
Saat senja, sederetan gerbong kereta api yang kosong perlahan-lahan tanpa menimbulkan suara, ditarik oleh lokomotif dari Stasiun Manggarai lalu berhenti di rel Pegangsaan Timur, tepat di belakang rumah Presiden Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56. Sebuah gerbong sengaja dipisah, untuk memberi kesan seolah-olah sebuah gerbong paling belakang yang dianggap tak penting dibandingkan gerbong lainnya. Namun justru di gerbong terpisah itulah terdapat Presiden, Wakil Presiden serta pemimpin penting.
Kemudian, datang pada tanggal 9 tiba di stasiun tugu Yogyakarta. Sebagai tuan rumah yang baik, hamengkubuwono XI mempersiapkan segala sesuatunya. Bahkan ia mengeluarkan uang yang tidak sedikit dari kas Keraton, uang dipakai untuk membiayai kelangsungan negara republik Indonesia. Serta menjamin kehidupan para pemimpin dan pegawai pemerintahan yang ikut hijrah ke Yogyakarta.
Belanda tidak ingin melepaskan Indonesia begitu saja, tetap didudukinya Indonesia. berbagai cara dilancarkan untuk kembali berkuasa. Perundingan - perundingan tidak ditaati bahkan ibukota Yogyakarta kembali di serang.
Penyerbuan dilakukan Belanda dengan penangkapan sang presiden Ir Soekarno, wakil presiden Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir dan para pembesar lainnya ke pulau Bangka.