Dorojatun bersiap memberikan pidatonya dengan percaya diri. Lalu ia sampaikan, apa yang terbenak dalam hatinya. Terdengar pidato yang ia sampaikan hampir habis, dengan lantang dan teguh pendirian sang sultan mengatakan,
“Walaupun saya telah mengenyam pendidikan barat yang sebenarnya, namun pertama tama saya adalah dan tetap adalah orang jawa. Izinkanlah saya mengakhiri pidato saya ini dengan berjanji, semoga saya dapat bekerja untuk memenuhi kepentingan nusa dan bangsa sebatas kemampuan dan pengetahuan yang ada pada saya”
Disematkanlah nama dorojatun menjadi Sampéyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengkubuwana Sénapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga.
BAB IV
(Bergabung untuk Indonesia)
Beredar berita jepang menyerah kepada sekutu, setelah bom atom dijatuhkan di negerinya. Terjadilah kekosongan kekuasaan di Indonesia, dengan hal ini dimanfaatkan untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mulai mengambil sikap, Dikirimkannyalah telegram ucapan selamat kepada para proklamator. Juga ia bersama Sri Paku Alam VIII menegaskan bahwa Yogyakarta,
“sanggup berdiri di belakang pimpinan".
Kemudian pemerintah pusat yang ditandai dengan tibanya Mr. Sartono dan Mr. A.A. Maramis di Yogyakarta sebagai perwakilan pemerintah pusat untuk menyerahkan piagam penetapan kedudukan Yogyakarta. Piagam ini ditandatangani Soekarno pada tanggal 19 Agustus 1945, sehari setelah telegram dari Yogyakarta tiba dan menandakan bahwa Yogyakarta telah menjadi bagian Indonesia.
Hamengkubuwono IX ikut berkontribusi terhadap negara, dan diangkatnyalah dirinya menjadi menteri negara oleh perdana menteri sjuhtan syahrir.
(Jakarta)