Mohon tunggu...
silvia amanda
silvia amanda Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SILVIA AMANDA XII MIPA 5

hi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sang Pahlawan Kemerdekaan

20 November 2021   00:50 Diperbarui: 20 November 2021   05:42 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BAB I

(Si kecil dorojatun)

Kaki kecilnya mulai melangkah, berjalan menyusuri lorong keraton dengan berat hati. Matanya tak kuasa menahan bendungan air mata. Tangannya masih di genggam oleh sang ibu, berbeda dengan sang ayah yang dengan lebih dulu memimpin dan terus berjalan ke arah pintu gerbang keraton, Diikuti sang abdi dalem yang membawa barang bawaan kepunyaannya.

Sang ayah merendahkan tubuhnya dan menumpukan beban di kedua lutut, tangannya terulur mengusap bahu dorojatun.

“dengar ngger, Jika kamu ingin menjadi pemimpin yang hebat. Kamu harus siap menjadi orang yang mandiri”

“nggeh Rama, tapi doro ingin tetap tinggal disini” ucap dorojatun seraya menahan tangis.

“mulai hari ini doro akan tinggal dengan keluarga murdel”

Sang ayah hanya tersenyum, tak ada yang bisa mengubah keputusannya. Pria kecil yang merupakan anaknya itu harus menerima dengan lapang dada apa yang diperintahkan ayahnya. Kemudian, terdengar suara kereta kuda mulai mendekat. Barang bawaan dinaikkan ke atas kereta, diikuti oleh sang abdi dalem dan pria kecil, yang akan menjadi tokoh utama dalam cerita ini.

Namanya, Gusti Raden Mas Dorojatun. Anak kesembilan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dari istri kelimanya, Raden Ajeng Kustilah. Dilahirkan di sebuah keraton bukan hal yang mudah bagi dirinya, ia di didik sedari kecil untuk hidup mandiri. Dititipkan di salah satu pasangan belanda, Keluarga murdel namanya. Seorang kepala sekolah ternama Neutrale Hollands Javanesche Jongen School.

Kereta andong berdenyit, mengisyaratkan telah sampai pada tujuan. Dorojatun disambut dengan baik oleh keluarga murdel.

“welkom Dorojatun, senang bisa bertemu denganmu” sambut hangat dari murdel.

Dorojatun hanya menunduk ketakutan, ia sama sekali tidak menatap wajah murdel. Makin lama hanya tetesan air mata membasahi seluruh bagian atas bajunya.

“Sudah hengkie, janganlah engkau menangis. Kami sangat senang kamu berada disini"

Dorojatun kebingungan, ia mulai mengangkat sedikit wajahnya. Mulai bertanya tanya mengapa murdel menyebutnya hengkie. Setelah di jelaskannyalah, bahwa nama itu memiliki arti yang sangat besar bagi dirinya yaitu pangeran. Ia mulai tersenyum lebar, merasa senang.

Walaupun ia di titipkan pada Belanda, pendidikan yang ditempuhnya tidak terlewatkan. Dorojatun memulai bersekolah pada frobe school (taman kanak kanak) dilanjutkannya pada Eerste Europe Lagere School B yang kemudian pindah ke Neutrale Europese Lagere School. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, ia melanjutkan pendidikan ke Hogere Burgerschool di Semarang dan Bandung.

Jenjang pendidikan HBS belum tuntas ditempuh, namun ayahanda memutuskan mengirim dorojatun bersama para saudaranya untuk melanjutkan pendidikan di negara belanda.

“ngger, sudahku putuskan sejak lama. Rama ingin mengirimkanmu ke negara Belanda” ucap sang ayah.

“Tapi mengapa Rama?” dorojatun sedikit kebingungan.

“dengar ngger, sampai kapanpun orang tuamu ini tidak akan pernah memintamu menjadi orang Belanda, Ngger! Rama hanya meminta kamu untuk menyelami kehidupan orang-orang Eropa. Sebab, di masamu nanti, kamu akan banyak berurusan dengan mereka.’’ Jelas sang ayah.

’’Sampai kapan pun, saya tetap orang Jawa, Rama. Belajar di sekolah-sekolah Belanda tidak akan pernah membuat saya kehilangan jati diri sebagai orang Jawa.’’ Tegas dorojatun dengan yakin.

“Terima kasih ngger, hari ini kamu telah membuat Rama bangga! Rama yakin kau anakku dorojatun, kelak akan menjadi penerang bagi bangsa ini!”

Masa masa pendidikan di Belanda dihabiskan oleh Dorojatun dengan baik, walaupun Dorojatun bukanlah siswa istimewa, ia dapat berkenalan dan kemudian menjadi sahabat karib Putri Juliana seseorang yang kelak akan menjadi Ratu Belanda.

BAB II

(Pulang)

Suara angin yang berhembus kencang, menyatu dengan suara mesin kapal laut yang menjadikannya bising. Dorojatun duduk dengan perasaan sedih masih tak menyangka kepulangan dirinya secepat cahaya. walaupun begitu, itu adalah keputusan sang ayahanda. Sri Sultan Hamengkubuwono VIII memutuskan memanggil pulang Dorojatun, meskipun yang bersangkutan belum menyelesaikan jenjang pendidikannya. Karena politik dunia bergerak begitu cepat, khawatir akan tanda-tanda meletusnya perang dunia II yang semakin jelas.

Dijemputnya dorojatun di sebuah pelabuhan, oleh seorang paman. Terlihat sang paman sudah berdiri menyambutnya, kemudian memberikan senyuman hangat pada dorojatun.

“Kulo aturaken, Sugeng rawuh gusti raden mas” sambut sang paman dengan hormat.

“matur nuwun, pak lek. sudah lama tidak bertemu dirimu, rasanya rindu sekali”

Dorojatun memeluk hangat pamannya, kemudian dirangkulnya pundak Dorojatun oleh pamannya. Menunjukkan pada kereta kuda yang telah menunggu di depan pelabuhan, para sang abdi dalem bergegas menaikkan tas besar milik dorojatun ke atas kereta.

Malam pun tiba, kereta kuda gemeratak menggiling batu jalanan. Lampu kecil yang temaram menyibak kegelapan dengan tak kenal damai. Hanya kereta kuda yang membawanya yang lewat pada malam ini. Tak disangka sudah 3 jam perjalanan ditempuh menuju sebuah hotel bernama des indes tempat sang ayah dan anggota keluarga lainnya menginap di Batavia.

Sang ibu dan sang ayah sudah bersiap menyambut dorojatun didepan pintu hotel. Dorojatun berlari kecil menuju padanya, memberi salam hormat kepada keduanya kemudian memeluk erat mereka satu persatu. Sang ibu terasa membeku saat melihat wajah dorojatun, sangat dimaklumi setelah sekian tahun dirinya tak melihat putra kesayangannya. Sang ibu tak kuasa menitikkan air matanya.

“anak ibu wes besar, yo” ucap kustilah seraya memegang pundak dorojatun dengan bangga.

“Alhamdulillah to bu, ndak mungkin saya jadi kecil terus” dorojatun terkekeh, mencairkan suasana.

Sang ayah merangkul pundak dorojatun, kemudian bermaksud mengajaknya untuk berbincang, mereka duduk disebuah kursi yang disediakan ditaman belakang hotel, sambil menikmati dinginnya angin malam.

“ngger, besok ada undangan santapan malam di Istana Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Rama ingin kamu datang” tegas sang ayah.

“baik Rama, atas perintah rama. Saya akan berusaha untuk tidak mengecewakan Rama”

Walau dorojatun sedikit kaget. Namun, ia merasa senang dan percaya diri atas kepercayaan yang telah diberikan oleh sang ayah. Kemudian saat itu juga, dorojatun disematkan keris Kyai Jaka Piturun. Kyai Joko piturun adalah atribut bagi putra mahkota, sehingga yang mengenakan dianggap sebagai calon penerus tahta.

Setelah menghadiri acara, seluruh keluarga kerajaan beserta dorojatun di Batavia bergegas untuk pulang kembali ke Jogjakarta. Siapa sangka, dalam perjalanan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII jatuh sakit yang menyebabkan dirinya dilarikan ke sebuah rumah sakit.

Pada 22 Oktober 1939, Sri Sultan Hamengkubuwono VIII menghembuskan nafas terakhirnya. Dengan sekuat tenaga, semua keluarga dan para rakyat mencoba ikhlas. Termasuk dorojatun, bak hilang tanpa arah, diusia yang terbilang muda ini ia harus ditinggalkan oleh sang ayahanda tercinta.

BAB III

(Kontrak politik)

Setelah kepergian sang ayahanda, Dorojatun tidak serta merta naik tahta dan harus berunding dengan gubernur Lucien adam seorang diplomat ulung Belanda dan ingin segera membentuk hubungan yang baik dengan Dorodjatun.

Mereka berdua kebetulan memiliki satu kesamaan, yaitu pernah mengambil studi di Universitas Leiden, meskipun terpaut umur yang cukup jauh. Tapi itu tidak menjadi halangan bagi mereka, keduanya bahkan sudah cukup akrab.

Hampir setiap hari tak kenal waktu, dorojatun berunding menyepakati kontrak politik antara keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemerintah Hindia Belanda. Dorojatun berusaha keras untuk mempertahankan kedaulatan tanah airnya, Yogyakarta sebagai kerajaan merdeka. Namun, selama 4 bulan perundingan berlangsung terasa sangat maraton. Tak ada hasil keputusan yang jelas.

Bagaikan patah kemudi dengan bamnya, dorojatun mulai merasa lelah dengan perundingan yang tak berujung selesai itu.

....

Warna langit terlihat sedikit berubah perlahan terkena bias jingga matahari yang akan terbenam. Cahaya kian mulai meredupkan isi ruangan. Kira kira pukul 6 sore, dorojatun setengah terbangun dari terlelapnya tidur. Samar samar terdengar suara yang terbisikan lewat telinganya.

“Thole, teken saja apa yang diajukan kepada kamu, toh mereka akan pulang kandang”

Oleh karena suara tersebut, Dorojatun terkejut. Dicernanya kembali sebuah kata yang ia dengar itu. Awalnya merasa ragu ragu, sampai dimana dorojatun teringat kembali dengan mendiang sang ayah. Apakah ini adalah pertanda bahwa yang ia dengar itu adalah sebuah keputusan sebagai jalan keluar.

Tanpa berpikir panjang, Dorojatun mulai yakin dan bangkit kembali untuk melanjutkan perundingan tersebut.

Sehingga, keesokan harinya ia bergegas datang menemui gubernur Lucien adam.

“Gubernur, saya sudah memikirkan hal ini. Saya serahkan saja apapun yang kau mau untuk pembuatan kontrak ini, saya akan berusaha teken” tegas dorojatun.

....

Semua orang telah berkumpul ramai memenuhi isi keraton hingga plataran alun alun keraton, semua telah bersiap rapi seraya saling memberi hormat. Hari ini adalah hari besar bagi sang dorojatun. Setelah menempuh perundingan bersama para saudaranya untuk menentukan siapa yang akan menjadi sultan, akhirnya Gusti Raden Mas Dorojatun dipercayai dan dinobatkan sebagai sultan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Sambutan sudah mulai dilemparkan kepada para yang hadir, semua orang bersorak sorai menyaksikan prosesi upacara ini. Para tamu hindia Belanda juga mulai berdatangan memenuhi kursi khusus yang telah disediakan, Upacara ini juga dihadiri oleh Lucien adam, Sri Paku Alam, KGPAA Mangkunegara, serta dua pangeran dari Solo. Beberapa pejabat senior Belanda juga hadir seperti H.J. van Mook, Gubernur Semarang, dan Gubernur Solo.

Dorojatun bersiap memberikan pidatonya dengan percaya diri. Lalu ia sampaikan, apa yang terbenak dalam hatinya. Terdengar pidato yang ia sampaikan hampir habis, dengan lantang dan teguh pendirian sang sultan mengatakan,

“Walaupun saya telah mengenyam pendidikan barat yang sebenarnya, namun pertama tama saya adalah dan tetap adalah orang jawa. Izinkanlah saya mengakhiri pidato saya ini dengan berjanji, semoga saya dapat bekerja untuk memenuhi kepentingan nusa dan bangsa sebatas kemampuan dan pengetahuan yang ada pada saya”

Disematkanlah nama dorojatun menjadi Sampéyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengkubuwana Sénapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga.

BAB IV

(Bergabung untuk Indonesia)

Beredar berita jepang menyerah kepada sekutu, setelah bom atom dijatuhkan di negerinya. Terjadilah kekosongan kekuasaan di Indonesia, dengan hal ini dimanfaatkan untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mulai mengambil sikap, Dikirimkannyalah telegram ucapan selamat kepada para proklamator. Juga ia bersama Sri Paku Alam VIII menegaskan bahwa Yogyakarta,

“sanggup berdiri di belakang pimpinan".

Kemudian pemerintah pusat yang ditandai dengan tibanya Mr. Sartono dan Mr. A.A. Maramis di Yogyakarta sebagai perwakilan pemerintah pusat untuk menyerahkan piagam penetapan kedudukan Yogyakarta. Piagam ini ditandatangani Soekarno pada tanggal 19 Agustus 1945, sehari setelah telegram dari Yogyakarta tiba dan menandakan bahwa Yogyakarta telah menjadi bagian Indonesia.

Hamengkubuwono IX ikut berkontribusi terhadap negara, dan diangkatnyalah dirinya menjadi menteri negara oleh perdana menteri sjuhtan syahrir.

(Jakarta)

Suasana pasca tahun baru kemerdekaan satu bulan yang lalu, masih terasa hangat bagi para rakyat. Pengharapan Indonesia merdeka yang telah ditunggu tunggu. Namun, ternyata tidak semudah apa yang diharapkan. Jakarta sebagai ibu kota pemerintahan pasca proklamasi kemerdekaan ternyata menjadi wilayah yang keamanannya semakin tidak terkendali.

“sepertinya itu Belanda!” teriak salah seorang rakyat.

Terlihat para belanda berjalan dengan membawa senjata ditangannya. Tersenyum menyeringai melewati para rakyat dengan begitu santai.

Tentara sekutu kembali lagi datang ke Indonesia, kedatangan tentara sekutu ini diboncengi oleh pihak NICA (Netherlands-Indies Civil Administration) yang ingin menjajah kembali Indonesia. Krisis ekonomi di Indonesia mulai menurun, Kas negara kosong, pertanian dan industri rusak berat akibat perang.

Mendengar hal itu, Hamengkubuwono IX mulai berpikir melangkah membantu Indonesia. ditunjukkan melalui dukungan finansial, dan perencanaan perpindahan Republik Indonesia dari pusat pemerintahannya ke Yogyakarta.

BAB V

(Ibukota baru)

Saat senja, sederetan gerbong kereta api yang kosong perlahan-lahan tanpa menimbulkan suara, ditarik oleh lokomotif dari Stasiun Manggarai lalu berhenti di rel Pegangsaan Timur, tepat di belakang rumah Presiden Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56. Sebuah gerbong sengaja dipisah, untuk memberi kesan seolah-olah sebuah gerbong paling belakang yang dianggap tak penting dibandingkan gerbong lainnya. Namun justru di gerbong terpisah itulah terdapat Presiden, Wakil Presiden serta pemimpin penting.

Kemudian, datang pada tanggal 9 tiba di stasiun tugu Yogyakarta. Sebagai tuan rumah yang baik, hamengkubuwono XI mempersiapkan segala sesuatunya. Bahkan ia mengeluarkan uang yang tidak sedikit dari kas Keraton, uang dipakai untuk membiayai kelangsungan negara republik Indonesia. Serta menjamin kehidupan para pemimpin dan pegawai pemerintahan yang ikut hijrah ke Yogyakarta.

Belanda tidak ingin melepaskan Indonesia begitu saja, tetap didudukinya Indonesia. berbagai cara dilancarkan untuk kembali berkuasa. Perundingan - perundingan tidak ditaati bahkan ibukota Yogyakarta kembali di serang.

Penyerbuan dilakukan Belanda dengan penangkapan sang presiden Ir Soekarno, wakil presiden Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir dan para pembesar lainnya ke pulau Bangka.

“Lapor tuan, bapak presiden dan wakil telah tertangkap oleh para belanda. Sebaiknya tuan bersembunyi sebelum mereka datang” jelas sang Patih.

“tak apa Patih, kita lihat apa yang akan direncanakan oleh para belanda itu”

Dan benar saja, hamengkubuwono IX tidak ditangkap karena kedudukannya yang istimewa, dan dikhawatirkannya mempersulit keberadaan Belanda di Yogyakarta. Belanda pula memberikan tawaran kerjasama, tetapi Hamengkubuwono IX tetap menolaknya.

“bantu saya, sebarluaskan surat ini keseluruh Yogya” perintah Hamengkubuwono IX

Hamengkubuwono IX, diikuti sri paku alam meletakkan jabatan melalui surat yang telah dibuat keduanya. Dengan tujuan masalah pada Yogyakarta menjadi beban para belanda. Dengan demikian juga, Hamengkubuwono IX tidak dijadikan alat untuk membantu mereka dalam menghadapi musuh.

Sementara, dengan sukarela hamengkubuwono IX membantu para pejuang republik Indonesia.

BAB VI

(Serangan umum)

Pada awal Februari, Sultan kemudian bersurat kepada panglima besar jenderal Soedirman. Dengan tujuan mengadakan serangan umum terhadap Belanda pada siang hari.

“saya percaya kepadamu, surat ini harus sampai pada jenderal Soedirman” ucap Hamengkubuwono IX pada seorang kurir yang secara rahasia membantu dalam perjalinan komunikasi dengan jenderal Soedirman yang berkoordinasi dengan Letkol Soeharto.

Kemudian, Letkol Soeharto memerintahkan setiap komandan agar menempatkan pasukan dikota Yogyakarta secara sembunyi – sembunyi sejak malam hari. Dilancarkannyalah serangan umum ini, dengan keberhasilan menaklukkan kedudukan Belanda hanya dalam waktu 6 jam.

Berita serangan umum 1 Maret ini, kemudian menyebar secara berantai diberbagai negara hingga akhirnya terdengar oleh PBB.

Perjuangan berdarah itu berhasil membantah berita bohong yang disebarkan Belanda. Bahwa, sebenernya Indonesia masih ada dan belum hancur. Pula dengan kembalinya moral perjuangan yang ada didalam negeri yang semakin menguat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun