Sehingga nyatalah bagaimana pelaksanaan pendidikan di serahkan pada pasar akan menambah barisan kesusahan dan penindasan bagi rakyat. Yang sebenarnya pendidikan itu adalah aspek sosial yang harus dimiliki oleh setiap orang secara cuma-cuma. Persoalan student loans bukan saja akan menambah beban rakyat baik pelajar, dan orang tua, namun juga membawa sebuah alam berfikir yang individualistik.
Karena tingginya biaya untuk dapat mengenyam pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, kesucian pendidikan untuk menjadi Pemecah masalah sosial hilang dari roh pendidikan itu sendiri. Penodaan atas luhurnya arti pendidikan itu, malah akan menambah persoalan sosial seperti maraknya kriminalitas, semakin memburuknya kesehatan dan psikologi sosial lainnya.
Dikarekan pendidikan itulah yang menjadi jaring pengaman kehidupan kita sebagai manusia yang berkodrat makhluk sosial. Pendidikan lah yang akan menjawab setiap kebutuhan sosial rakyat yang hari ini jauh dari kata layak. Maka menolak Student Loans adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam merebut kesejahteraan dan hak asasi kita sebagai warga negara dan manusia.
Karena Negara ada untuk memfasilitasi kehidupan rakyatnya, salah satunya dengan pendidikan. maka pendidikan itu harus memiliki wajah yang Gratis, Ilmiah, Demokratis dan bertujuan untuk memajukan rakyat sebagai solusi dan cita-cita kita bersama.
Maka selama pendidikan masih diserahkan kepada logika pasar, selama itu pula negara akan terjebak pada konsepsi pendidikan yang untuk memperbesar dan memperhebat penindasan bagi rakyatnya. Tidak akan tercapai kehidupan ekonomi, sosial, politik budaya dan lain sebagainya tanpa pendidikan yang merata bagi seluruh rakyatnya.
[2] https://bisnis.tempo.co/read/1070262/cerita-menteri-nasir-saat-gunakan-kredit-pendidikan
[3]https://nasional.kompas.com/read/2018/03/16/09043451/sedang-dirancang-mahasiswa-boleh-bayar-kuliah-setelah-diterima-kerja.