Mohon tunggu...
Raja mataniari
Raja mataniari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bebas

Penulis Realis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Studi Kasus "Student Loan", Wajah Kapitalisme dalam Pendidikan

9 April 2018   23:08 Diperbarui: 9 April 2018   23:23 5827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wacana saat ini masih di disampaikan dengan akan dalil laksanakan dengan wacana di uji cobakan pada Jenjang Pendidikan Tinggi Magister (S2) dan Doktoral (S3). Tapi itu akan menjadi bentuk persetujuan jika tidak dikritisi apa pentingnya membuka sistem kredit pinjaman pendidikan itu.

Yang sebenarnya hampir sama dengan pola pembayaran hari ini yang walaupun sudah ada paket pembayaran sampai selesai kuliah tapi dapat dicicil persemester, bedanya adalah cicilan itu akan dikenakan bunga karena sudah menggunakan jasa keuangan seperti kredit bank pada umumnya. Dan pada akhirnya ketika konsep ini sekali lagi kita tidak lawan maka akan di resmikan.

Mengapa kita menolak Student Loans ?

Pertanyaan untuk membangun kewarasan kita dalam menolak Student Loans adalah, apa yang menjadi kebutuhan sehingga penting menyelenggarakan kredit pendidikan ?. Pendidikan indonesia hari ini semakin mahal bukanlah karena kegagalan rakyat dalam memenuhi kewajibannya sebagai warga negara.


Praktek penarikan pajak salama 5 (Lima) tahun belakangan sangat disiplin di bayarkan oleh rakyat.  Luar biasalah penerimaan pajak tahun 2017 sampai di angka Rp.1.472,7  T[5] dan setiap tahun mengalami peningkatan . Untuk membiayai pendidikan saja masih diangka Rp.444,1 T dengan alokasi untuk Pendidikan tinggi.

Tapi tidak cukup membiayai pendidikan tinggi yang hanya diberi Rp.41,28 T karena pemerintah juga membajak alokasi pendidikan untuk kementerian dan lembaga negara mereka mereka sendiri. Ditambah pendidikan Indonesia tidak memiliki Orientasi yang jelas atas capaian pendidikan itu sendiri. 

Praktek Student Loans di Indonesia sudah mulai di lakukan pada orde baru dengan nama Kredit Mahasiswa Indonesia (KMI) yang difasilitasi oleh BNI tapi di hentikan kurun waktu 1981-1982 karena tidak berdampak pada akumulasi ekonomis waktu itu.

Abdul azis menyampaikan bahwa Program KMI merupakan bagian dari Program Kredit Investasi Kecil/Kredit Modal Kerja PErmanen itu adalah bantuan dari Bank dunia melalui program Small Enterprises Development Project (SEDP) tahap I pada tahun 1977.[6] Jika kita melihat pada saat itu sedang terjadi krisis keuangan di Asia. Maka kredit itu adalah untuk menjawab persoalan ekonomi di lapangan pendidikan.

Seakan Tak ingin ketinggalan para pemodal dalam negeri juga berupaya mengembangkan pola yang sama. Ada tahun 2010 lembaga keuangan Poetra.Sampoerna Foundation (PSF) juga mengeluarkan sistem kredit pinjaman dengan program dana siswa anak bangsa.


Dengan memberikan Student Financing mahasiswa yang berkuliah di Sampoerna School of Education dan Sampoerna School of bisnis mendapat pinjaman yang kemudian dilunasi setelah lulus kuliah. Bantuan sekitar Rp 45 milliar selain dari uang donasi PSF juga dari pinjaman USAID, UBS AG (UBS), Raiffeisen Bank International AG (RBI).

Kemudian pada tahun 2013 Kampus Fisikawan Yohanes Surya, Surya University juga mempraktekkan Kredit Tanpa Agunan (KTA) lalu mengalami gagal bayar ke Bank Mandiri dengan besaran Rp 16 Milliar[7] dan menyeret orang tua mahasiswa dalam polemik itu.  Selanjutnya ada pula Student loan Yayasan Sosial Bina Sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun