Mohon tunggu...
Hendra Permana
Hendra Permana Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Profesi Jurnalistik: Tantangan dan Harapan

6 Juli 2022   23:24 Diperbarui: 6 Juli 2022   23:47 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebelum tahun 2000, khusus koran, setengah pendapatan (revenue) perusahaan dari penjualan oplah koran dan setengah dari iklan. Setelah tahun 2000, mulai didominasi pendapatannya dari iklan. 

Bahayanya, 'kue' atau share income dari iklan ini yang berpindah ke media sosial. Pemasang iklan saat ini lebih melihat jumlah viewer agar pesan produk mereka tersampaikan.

Pada tahun 2019 sampai sekarang, pemasang iklan sudah mulai melek. Ternyata banyaknya viewer dan follower tidak berbanding lurus dengan engagement. 

Sandy mencontohkan pada seorang artis dengan follower 8 juta, engagement-nya tidak lebih dari 20% yang sekedar tertarik dan artinya lebih sedikit lagi yang sampai call to action. Sedangkan engagement pada media mainstream, meskipun pengikutnya misalkan 1-2 juta, ketika suatu produk digulirkan dengan cara soft selling, menghasilkan di atas engagement 50%.

Benang merah pada kutipan tersebut adalah ternyata tingkat kepercayaan atau trust di masyarakat terhadap media massa masih lebih kuat dibanding media sosial. Sekedar penerima informasi, media mainstream diakui kalah. Tetapi ketika informasi dipercaya atau tidak, masyarakat akan mencarinya pada media mainstream.

Media Mainstream Masih Terpercaya

Republika pernah lakukan social experiment dua minggu lalu dengan cara memposting berita terdapat video yang memperlihatkan seorang artis wanita yang dipukul oleh laki-laki. 

Gaya tulisan dan berita yang disampaikan dibuat mirip seperti gaya penulisan pada sebuah media sosial, tanpa disebutkan kenapa ia dipukul, tanpa diberitahu permasalahannya apa, intinya tanpa unsur penulisan 5W+1H dalam dunia jurnalistik. 

Dituliskan caption: Seorang perempuan dipukul oleh laki-laki dan teman-teman disekitarnya hanya bisa melihat dan membiarkan perempuan itu dipukul.

Postingan dimuat di media sosial Instagram Republika. Hasilnya adalah banyak masyarakat yang memprotes, bukan protes atas kejadian pemukulan tetapi protes karena media mainstream tapi hanya membagikan informasi tidak lengkap, harusnya terangkan alasannya mengapa, intinya mereka menuntut informasi yang jelas. 

Hal ini berbanding terbalik ketika diposting serupa oleh sebuah media non-mainstream, masyarakat malah langsung reaktif atas aksi pemukulan tersebut seperti berkomentar dengan rasa kebencian, mengecam, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun