Mohon tunggu...
Hendra Permana
Hendra Permana Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Profesi Jurnalistik: Tantangan dan Harapan

6 Juli 2022   23:24 Diperbarui: 6 Juli 2022   23:47 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media regional yaitu media yang memiliki jangkauan tingkat provinsi, contohnya Pikiran Rakyat. Media regional lebih riskan terkena ancaman dari disrupsi media, karena jumlah pembaca terbatas di tingkat regional (provinsi). 

Pada media regional, untuk berita yang sifatnya lokal, bisa didapatkan dari berita sebuah media lokal. Juga ketika untuk berita yang sifatnya regional, bisa didapatkan pada sebuah media nasional.

Persaingan di media lokal, sangat terasa sekali. Yang pertama terjun bebas atas sebuah disrupsi media yaitu media lokal. Masyarakat mulai melek ke portal berita online dan mulai meninggalkan media cetak.

Sandy juga mengatakan tidak lebih dari 20% saja media nasional yang gulung tikar, media lokal sekitar setengahnya (50%) gulung tikar akibat disrupsi media. Sejak 2-3 tahun ke belakang karena adanya pandemic Covid-19, media lokal yang tersisa sekitar 20% saja, banyak yang gulung tikar dan karyawan yang di PHK, bubar, termasuk para jurnalisnya. 

Tapi fenomena tersebut tidak mengakibatkan profesi jurnalistiknya berhenti, mereka tetap berkarya dan berprofesi sebagai wartawan atau jurnalis dengan cara membuat portal-portal berita online baru. Syarat untuk membuat portal berita online sangat mudah, bahkan tidak perlu teregister di Dewan Pers, hanya sebagai portal biasa seperti berbentuk blog atau wordpress.

Jadi potret jurnalistik saat ini yaitu aktivitas jurnalistik tidak berkurang, hanya perusahaan jurnalis yang berkurang, terutama perusahaan media mainstream.

Tantangan Industri Media

Media hari ini bertemu dengan 'musuh'-nya, yaitu citizen journalism. Sebenarnya citizen journalism sudah ada sejak jaman dulu. Awal mula munculnya di media elektronik, media Radio. 

Saat itu, radio-radio mulai menyiarkan informasi kemacetan lalu lintas yang didapatkan dari warga yang melapor atau membagi informasi. Dulu terjadi demikian karena masyarakat belum memiliki 'lapak' atau wadah untuk menyalurkan informasi seperti itu, sedangkan hari ini masyarakat memiliki wadah untuk mengakomodir 'berbagi informasi'.

Dulu penyebaran citizen journalism masih bergantung pada media mainstream, hari ini pindah ke masyarakat itu sendiri (lewat media sosial). Hal tersebut menjadikan tantangan bagi media mainstream. Bedanya dari sisi jurnalistik sudah jelas bahwa media mainstream masih menggunakan kode etik jurnalistik, sedangkan media sosial pakemnya tidak ke kode etik jurnalistik.

Media massa merupakan sebuah industri, ada bisnis di dalamnya. Bisnis media dari dulu sampai sekarang, pendapatannya bersumber dari iklan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun