Mohon tunggu...
Siauw Tiong Djin
Siauw Tiong Djin Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pemerhati Politik Indonesia

Siauw Tiong Djin adalah pemerhati politik Indonesia. Ia bermukim di Melbourne, Australia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Partisipasi Tionghoa dalam Politik Indonesia

19 April 2022   16:44 Diperbarui: 28 April 2022   12:22 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belanda menggunakan segelintir orang Tionghoa yang memiliki jiwa dagang untuk menjadi kaki tangannya di bidang perkebunan dan penyaluran hasil perkebunan ke tangan pihak penguasa. Para pedagang pilihan ini diberi pangkat militer tituler: letnan, kapten dan mayor. Tetapi jumlah pedagang sekaliber ini kecil sekali dan jelas merupakan minoritas. Sebagian terbesar merupakan buruh perkebunan, buruh transportasi, tukang-tukang dan pedagang eceran yang berpenghasilan rendah.

Tionghoa juga dilarang berpolitik. Sebagai akibat pengetahuan mereka tentang perkembangan dunia sangat terbatas. Sama dengan apa yang dialami kelompok pribumi, sebagian terbesar Tionghoa tidak boleh mengecapi pendidikan. Keadaan ini berlangsung berates tahun.

Perubahan terjadi di awal abad ke 20.  Pada 1900, beberapa tokoh Tionghoa merasakan komunitasnya telah kehilangan identitasnya. Bangkitlah keinginan untuk mendidik anak-anak Tionghoa untuk mengenal kebudayaan dan identitas mereka.  Yang ditonjolkan pada waktu itu adalah ajaran Kong Hu Cu. 

Para tokoh peranakan Tionghoa ini, didukung oleh dana para pedagang Tionghoa kaya raya, pada 17 Maret 1900 mendirikan organisasi yang dinamakan Tiong Hoa Hwe Kan (Rumah Perkumpulan Tionghoa) di Batavia. Setahun kemudian mereka mendirikan sekolah, menerima siswa-siswa Tionghoa.

Dalam waktu singkat berdirilah sekolah-sekolah Tiong Hoa Hwe Kwan (THHK) di berbagai kota di Pulau Jawa, di antaranya  Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bandung dan Tegal. Guru-guru didatangkan dari Tiongkok dan Singapura. Bahasa pengantar yang digunakan adalah Mandarin.

Sarana Pendidikan ini mulai membuka mata komunitas tentang perkembangan di Tiongkok, di mana berlangsung revolusi yang dipimpin oleh Dr Sun Yat Sen. Pada waktu Republik Tiongkok berdiri pada 1912, komunitas Tionghoa sudah mengetahuinya dan turut mendukung. Yang lebih penting lagi, bangkit pula pengertian dan ajakan bahwa Komunitas Tionghoa harus melawan penindasan Belanda.

Berdiri dan berkembangnya THHK dan berkembangnya nasionalisme Tionghoa di Pulau Jawa menginspirasi pendirian Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Sejarah mencatat pendirian Boedi Oetomo ini sebagai hari kebangkitan nasional Indonesia.  Kebangkitan ini terinspirasi oleh kebangkitan nasionalisme Tionghoa yang berkembang setelah THHK dibentuk delapan tahun sebelumnya.

Penguasa Belanda mengkhawatirkan perkembangan dan pendidikan THHK, sehingga pada 1908  memutuskan untuk mendirikan sekolah-sekolah Belanda khusus untuk Tionghoa - Hollandsch-Chineesche School (HCS). Tujuan utamanya adalah menyaingi sekolah-sekolah THHK dan mengurangi pengaruh THHK yang merugikan penjajahan.

Perkembangan Boedi Oetomo yang mendirikan sekolah-sekolah untuk kaum pribumi mendorong Belanda, pada 1914, untuk mendirikan pula sekolah-sekolah untuk pribumi, dinamakan Hollandsch-Inlandsche School (HIS).

Pendidikan melahirkan kebutuhan bahan bacaan, terutama pemberitaan tentang perkembangan di Hindia Belanda dan dunia. Karena masyarakat terpelajar yang terbesar pada zaman itu adalah Tionghoa, berdiri dan berkembanglah surat-surat kabar Tionghoa.  Bahasa yang dipergunakan surat-surat kabar dan buku-buku bacaan  penerbitan Tionghoa adalah Tionghoa Melayu. Tiga surat kabar yang berpengaruh adalah harian Sin Po di Batavia, Sin Tit Po di Surabaya dan Matahari di Semarang.

Pendidikan, pemberitaan dan bahan bacaan membangkitkan pula kesadaran berpolitik dan bersikap. Timbullah tiga aliran dalam komunitas Tionghoa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun