"Maaf, aku agak terburu-buru," kataku mendadak kikuk.
"Kamu---hmmm, kamu tidak keberatan jika minum kopi bersamaku di sini? Oh, maksudku, beberapa menit saja."
Meski ragu untuk menuruti permintaannya, aku mengangguk pelan.
Kami mencari tempat duduk di samping jendela besar di pinggir ruangan. Dari balik kacanya, gerimis masih enggan berhenti dan seolah-olah situasinya turut menyambut pertemuanku kembali dengan Prayaga. Kami lantas menarik kursi dan duduk berhadapan.
Prayaga memulai obrolan, "Bagaimana pekerjaanmu sekarang?"
"Baik. Aku dipromosikan menjadi kepala bagian departemen keuangan di kantorku."
"Iyakah?"
"Ya."
"Hebat. Kamu memang sangat berambisi dalam karier."
"Ya. Akhirnya. Aku bekerja keras dalam hal ini."
"Aku turut berbahagia untukmu, Suzan. Kamu pantas mendapatkannya."