TikTok memaksa penggunanya untuk secara cepat memahami apa yang ditonton daripada metode membaca teks. Kebiasaan belajar dengan langkah yang cepat ini akan membuat anak-anak lebih lambat mengembangkan dan mempertahankan keahlian membaca.Â
Karena rentang fokusnya yang pendek, orang yang sudah kecanduan video-video pendek juga sulit untuk fokus pada aktivitas-aktivitas dengan kecepatan yang lebih lamban seperti membaca. Orang-orang di zaman sekarang lebih suka membaca cuitan di X atau Thread yang singkat daripada membaca buku dengan 100 halaman tanpa gambar.Â
Membaca buku menghabiskan banyak waktu dan usaha sehingga semakin ditinggalkan. Orang-orang juga berpikir mengapa harus membaca seluruh buku bila dapat mengetahui isinya dari cuitan 'smart people' yang hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk membacanya?Â
Adalah salah mempercayai kalau konsumsi konten-konten yang singkat akan membuat kita semakin pintar.Â
Kemampuan berpikir kritis menurun
Otak yang kesulitan untuk mengingat informasi lampau akan mengurangi kemampuan berpikir secara kritis (critical thingking). Melemahnya kemampuan membaca juga selanjutnya sangat berpengaruh pada kemampuan untuk berpikir. Secara keseluruhan, kemampuan kognitif melemah.Â
Kemampuan berpikir secara mendalam dibatasi bila kita terus secara cepat disuguhkan konten yang berubah-ubah. Hal ini karena tidak ada waktu yang digunakan untuk merenung atau berpikir. Supaya suatu ide atau informasi dapat dipertimbangkan oleh akal dan secara potensial menjadi suatu kebiasaan, dibutuhkan ruang waktu untuk merenung dan menimbangnya.
Ruang pertimbangan ini tidak ada ketika seseorang secara cepat beralih dari satu konten ke konten lainnya. Sangat berbeda situasinya ketika kita membaca. Tidak ada kepentingan untuk menscroll secara cepat ke halaman berikutnya. Setiap halaman sama yaitu penuh berisi teks. Makna dari teks itu sendiri saja dapat memuaskan si pembaca. Tidak ada gambar-gambar atau video yang menginterupsi selama kegiatan membaca. Pembaca dapat dengan tenang berhenti dan mempertimbangkan apa yang tertulis.Â
Konten yang singkat juga sering kali kehilangan konteks sehingga informasi yang didapatkan menjadi bias. Konten yang singkat juga seringkali berupa cuplikan-cuplikan video asli yang telah diberikan narasi baru yang tidak sesuai dengan aslinya. Terbiasa dengan video-video pendek dapat membuat seseorang yang tidak kritis dan rendah literasi mempercayai semua isi video-video tersebut.Â
Membaca buku ataupun mendengarkan berita yang lebih panjang, walaupun lebih menyita waktu, terbukti membuat seseorang lebih bertumbuh secara intelektual. Namun karena otak manusia rentan untuk terlibat dalam aktivitas yang memberikan hasil yang cepat, kita cenderung lebih mudah meninggalkan buku daripada ponsel pintar.Â
Perlu juga disadari kalau waktu yang habis digunakan untuk menscroll video-video pendek seharusnya dapat digunakan untuk aktivitas lain yang dapat mempengaruhi secara positif perkembangan kognitif dan kemampuan belajar seseorang, misalnya berolah raga, kegiatan sosial, membaca buku, menulis, berkebun, dan lain-lain.Â