Ahli ilmu tidur membedakan insomnia dengan kurang tidur (sleep deprivation). Pada insomnia, penderita sulit untuk tertidur walaupun mereka punya cukup banyak waktu untuk tidur. Sedangkan pada sleep deprivation, penderita tidak mempunyai waktu yang cukup untuk tidur yang dapat disebabkan karena kebiasaan, pilihan, atau akibat tuntutan pekerjaan sehari-hari.Â
Pada sleep deprivation, penderita dapat mengejar kekurangan waktu tidur misalnya di akhir minggu. Sedangkan penderita insomnia tetap tidak bisa tidur walaupun mereka memiliki waktu dan kesempatan yang cukup.Â
Kurang tidur dapat menyebabkan kecemasan. Kecemasan sendiri menyebabkan sulit tidur, sehingga hal ini menjadi lingkaran setan.Â
Dalam jangka panjang, kurang tidur mempengaruhi konsentrasi dan emosi sehingga berdampak pada fokus dan pengambilan keputusan. Kurang tidur membuat seseorang memiliki energi yang lebih rendah untuk berinteraksi dengan orang lain. Penelitian melihat ada kaitan secara genetik yang membuat orang-orang tertentu cenderung mengalami gejala-gejala di atas akibat kurang tidur daripada individu lainnya.Â
Kita sebaiknya mengenali diri kita sendiri ataupun anak-anak kita apakah punya kecenderungan muncul gejala-gejala yang mengganggu akibat kurang tidur.Â
Berapa hari kurang tidur sebelum terjadi psikosis?
Penelitian menunjukkan gejala psikosis berkembang seiring dengan bertambahnya waktu seseorang tidak tidur.Â
Durasi waktu kurang tidur yang memicu gejala psikosis berbeda-beda pada setiap orang. Penelitian menyarankan ambang batas kritis lama waktu kurang tidur ini adalah 3 hingga 4 hari.Â
Tidur berperan penting dalam menjaga keseimbangan proses kognitif (berpikir) kita. Kekurangan tidur terus menerus akan mengganggu keseimbangan yang rumit dari neurotransmiter otak dan hormon-hormon yang meregulasi fungsi kognitif dan mood (suasana hati).
Kurang tidur meningkatkan hormon stres seperti kortisol yang berdampak pada aktivitas otak dan keterhubungan persarafan. Ketidakseimbangan neurotransmiter seperti dopamin dan serotonin berkontribusi pada perkembangan gejala-gejala psikotik.
Ada 5 tahap kurang tidur yaitu:
- Tahap I : Gejala awal berupa rasa lelah yang disertai dengan lekas marah derajat ringan dan sulit berkonsentrasi. Biasanya muncul setelah kurang tidur selama satu malam.
- Tahap II: Gangguan kognitif (dalam hal kemampuan mengingat dan membuat keputusan) dan emosi tidak stabil. Emosi yang tidak stabil semakin jelas terlihat, di mana dapat terjadi mood swing (suasana hati naik turun) dan semakin sensitif.Â
- Tahap III: Halusinasi dan delusi.Â
- Tahap IV: Gangguan emosi yang parah dan ketegangan secara fisik. Gejalanya kecemasan semakin meningkat, agitasi, dan rasa putus asa yang jelas terlihat. Gangguan fisik semakin jelas, seperti rasa lelah yang berkepanjangan, sakit kepala, dan imun tubuh yang melemah sehingga rentan sakit.Â
- Tahap V: Gejala psikotik dan gangguan kognitif. Tahap kritis ini ditandai dengan munculnya gejala-gejala psikotik parah seperti paranoia yang kuat, disorientasi parah, dan tidak mampu membedakan lagi realita dan halusinasi. Fungsi kognitif sedemikian parah terganggu pada taraf ini sehingga proses berpikir menjadi kacau dan tidak mampu berkomunikasi secara rasional.Â