Mohon tunggu...
Shirley
Shirley Mohon Tunggu... Lainnya - Berpengalaman sebagai Apoteker di sebuah rumah sakit

Saya menyukai alam, musik, dan sejarah dunia. "Bacaan yang baik menyehatkan pikiran sebagaimana olahraga yang tepat menyehatkan raga."

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menolong Hikikomori Move On

31 Agustus 2024   00:40 Diperbarui: 31 Agustus 2024   08:35 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RS Sainte-Anne di Paris yang mempunyai spesialisasi di bidang psikiatri, saraf, bedah saraf, neuroimaging, dan kecanduan. (Foto: YT Java Discover)

Para pelaku hikikomori dipastikan sebelumnya tidak mempunyai gangguan seperti cacat mental, penyakit skizofrenia, ataupun bipolar. 

Hikikomori yang ekstrim dapat terjadi sejak usia sekolah, di mana ia menolak untuk bersekolah (futoko atau tokokyohi). Perlu kita ketahui prilaku ini terjadi secara bertahap atau gradual. 

Beberapa hikikomori menyukai aktivitas di dalam ruangan, beberapa sesekali beraktivitas di luar ruangan. Penarikan diri dari masyarakat terjadi bertahap. 

Penarikan diri ini juga secara bertahap membuat mereka menjadi tidak bahagia karena mereka kehilangan teman, merasa tidak percaya diri, menjadi pemalu, dan kemudian semakin sedikit berbicara. 

Hikikomori (Foto:YT Immortality)
Hikikomori (Foto:YT Immortality)
Fenomena negara modern

Hikikomori tentunya tidak hanya terjadi di Jepang, walaupun Jepang mempunyai istilah khusus untuk orang-orang ini. Hikikomori memang cenderung ditemukan di kota-kota besar, tentunya juga di Indonesia. Hanya kita belum mempunyai data mengenai hal ini. Fenomena ini juga diketahui menyebar ke negara-negara dengan konektivitas digital global, termasuk Amerika Serikat, China, India, Brazil, dan negara-negara Eropa. 

Sebuah survei di Jepang pada tahun 2022 menemukan ada sekitar 1,46 juta orang yang menyendiri di Jepang dengan rentang usia 15-64 tahun. Survei sebelumnya di tahun 2019 mengindikasikan ada 613.000 orang dewasa Jepang usia 40-64 tahun adalah hikikomori dewasa.  

Pelaku hikikomori diketahui kebanyakan berasal dari kalangan ekonomi menengah dan menengah ke atas. Orang-orang tua terpaksa mendukung secara finansial anaknya yang melakukan hikikomori. 

Sejak akhir tahun 2010 ada istilah "80-50 problem" di media Jepang, di mana anak yang melakukan hikikomori sejak usia mudanya telah memasuki usia 50-an, dan orang tua di mana mereka bergantung hidup memasuki usia 80-an. Hikikomori ini akhirnya akan menjadi masalah sosial. Uang pensiun orang tua yang selayaknya digunakan untuk kehidupan mereka sendiri akhirnya harus digunakan untuk menghidupi anak mereka yang tidak lagi bekerja.

Pelaku hikikomori biasanya akan tidak lagi memperhatikan kesehatan dan usia harapan hidup mereka pun menjadi menurun. Mereka biasanya makan makanan instan yang tidak sehat. Mereka kemudian sering kali ditemukan meninggal karena sudah tidak mampu lagi memasak atau membeli makanan untuk diri sendiri. 

Selain menjadi beban keluarga, masalah sosial lain karena hikikomori adalah ketika mereka ditemukan telah meninggal dalam keadaan sendiri karena tidak sempat meminta bantuan. Hal ini karena kesehatan mereka biasanya semakin menurun setelah orang tua atau orang-orang yang masih mendukung mereka meninggal atau pergi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun