Para pelaku hikikomori dipastikan sebelumnya tidak mempunyai gangguan seperti cacat mental, penyakit skizofrenia, ataupun bipolar.Â
Hikikomori yang ekstrim dapat terjadi sejak usia sekolah, di mana ia menolak untuk bersekolah (futoko atau tokokyohi). Perlu kita ketahui prilaku ini terjadi secara bertahap atau gradual.Â
Beberapa hikikomori menyukai aktivitas di dalam ruangan, beberapa sesekali beraktivitas di luar ruangan. Penarikan diri dari masyarakat terjadi bertahap.Â
Penarikan diri ini juga secara bertahap membuat mereka menjadi tidak bahagia karena mereka kehilangan teman, merasa tidak percaya diri, menjadi pemalu, dan kemudian semakin sedikit berbicara.Â
Fenomena negara modern
Hikikomori tentunya tidak hanya terjadi di Jepang, walaupun Jepang mempunyai istilah khusus untuk orang-orang ini. Hikikomori memang cenderung ditemukan di kota-kota besar, tentunya juga di Indonesia. Hanya kita belum mempunyai data mengenai hal ini. Fenomena ini juga diketahui menyebar ke negara-negara dengan konektivitas digital global, termasuk Amerika Serikat, China, India, Brazil, dan negara-negara Eropa.Â
Sebuah survei di Jepang pada tahun 2022 menemukan ada sekitar 1,46 juta orang yang menyendiri di Jepang dengan rentang usia 15-64 tahun. Survei sebelumnya di tahun 2019 mengindikasikan ada 613.000 orang dewasa Jepang usia 40-64 tahun adalah hikikomori dewasa. Â
Pelaku hikikomori diketahui kebanyakan berasal dari kalangan ekonomi menengah dan menengah ke atas. Orang-orang tua terpaksa mendukung secara finansial anaknya yang melakukan hikikomori.Â
Sejak akhir tahun 2010 ada istilah "80-50 problem" di media Jepang, di mana anak yang melakukan hikikomori sejak usia mudanya telah memasuki usia 50-an, dan orang tua di mana mereka bergantung hidup memasuki usia 80-an. Hikikomori ini akhirnya akan menjadi masalah sosial. Uang pensiun orang tua yang selayaknya digunakan untuk kehidupan mereka sendiri akhirnya harus digunakan untuk menghidupi anak mereka yang tidak lagi bekerja.
Pelaku hikikomori biasanya akan tidak lagi memperhatikan kesehatan dan usia harapan hidup mereka pun menjadi menurun. Mereka biasanya makan makanan instan yang tidak sehat. Mereka kemudian sering kali ditemukan meninggal karena sudah tidak mampu lagi memasak atau membeli makanan untuk diri sendiri.Â
Selain menjadi beban keluarga, masalah sosial lain karena hikikomori adalah ketika mereka ditemukan telah meninggal dalam keadaan sendiri karena tidak sempat meminta bantuan. Hal ini karena kesehatan mereka biasanya semakin menurun setelah orang tua atau orang-orang yang masih mendukung mereka meninggal atau pergi.Â