Mohon tunggu...
Shirley
Shirley Mohon Tunggu... Lainnya - Berpengalaman sebagai Apoteker di sebuah rumah sakit

Saya menyukai alam, musik, dan sejarah dunia. "Bacaan yang baik menyehatkan pikiran sebagaimana olahraga yang tepat menyehatkan raga."

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menolong Hikikomori Move On

31 Agustus 2024   00:40 Diperbarui: 31 Agustus 2024   08:35 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RS Sainte-Anne di Paris yang mempunyai spesialisasi di bidang psikiatri, saraf, bedah saraf, neuroimaging, dan kecanduan. (Foto: YT Java Discover)

Tidak dapat dipungkiri hikikomori berkaitan erat dengan penghargaan kepada diri sendiri sebagaimana hasil investigasi dokumenter NHK di atas. Pelaku dipastikan kehilangan semangat hidup karena kehilangan pekerjaan ataupun tidak dapat bekerja karena berbagai faktor.

Dibutuhkan pengertian, empati, dan dukungan untuk menolong pelaku hikikomori. Ketakutan untuk dihakimi oleh orang lain diakui oleh beberapa hikikomori. Mereka takut akan mengecewakan orang lain dan melihat hal tersebut sebagai kegagalan. 

Membangun kepercayaan adalah langkah utama untuk menjangkau mereka. Mendengarkan dan mengakui cerita pengalaman mereka yang tidak menyenangkan tanpa memberi nasihat atau menghakimi akan membuat mereka lebih membuka diri dan mau berkomunikasi. 

Beberapa pelaku hikikomori mengatakan kesendirian lebih tidak menyakitkan daripada harus berurusan dengan orang lain. Mereka mengalami kelelahan dalam interaksi sosialnya karena pengalaman negatif yang dialami.

Perlu diketahui, tidak semua hikikomori menolak untuk diterapi. Mereka sebenarnya mencari pertolongan namun tidak tahu bagaimana mengaksesnya dan mempertanyakan kemampuan mereka sendiri untuk melakukannya. Dengan mengetahui alam pikiran orang-orang ini, kita dapat mempunyai empati terhadap mereka. 

Bila keluarga maupun diri sendiri menyadari ada kecenderungan hikikomori, sebaiknya keluarga maupun diri sendiri mendorong untuk lebih aktif untuk menyibukkan diri dengan aktivitas apapun, dan bukan dijauhi. Komunikasi diusahakan jangan sampai terputus. Pembicaraan yang sederhana sehari-hari sebaiknya dipertahankan. 

Mendorong seorang hikikomori untuk melibatkan diri dalam kehidupan sosial harus dilakukan bertahap. Mereka lebih mudah diajak bersosialisasi melalui komunitas on line, mengikuti pertemuan yang dilakukan secara virtual, atau melakukan  aktivitas luar yang berhubungan dengan minat mereka.

Support group hikikomori beraktivitas bersama. (Foto: YT Immortality)
Support group hikikomori beraktivitas bersama. (Foto: YT Immortality)
Support group adalah salah satu solusi yang baik, karena tidak hanya mendukung pelaku juga keluarga yang sudah putus asa menghadapi perilaku hikikomori. 

Seorang pelaku hikikomori yang mengalami pelecehan seksual ketika dirinya berusia 12 tahun mengatakan dirinya merasa bebas ketika mengisolasi diri karena ia merasa tidak perlu menjelaskan tentang dirinya. Ia merasa lelah harus bersosialisasi, walaupun pada akhirnya ia mengakui secara perlahan hikikomori juga membuatnya menderita.

Ia kemudian membuat halaman Hikikomori Prancis yang membuat sesama hikikomori dapat saling menolong satu sama lain. Dari halaman grup ini diketahui hikikomori bukanlah  pilihan seseorang, namun lebih kepada tempat berlindung, pelarian, dan penghindaran dari sesuatu. 

Perlu berhati-hati mendorong mereka untuk masuk dalam kelompok sosial tertentu. Lingkungan pertemanan yang toksik malah akan membuat mereka semakin berniat untuk mengisolasi diri. Lebih baik hanya ada satu dua orang ataupun kelompok kecil yang memberikan dukungan kepada mereka daripada memaksakan mereka untuk terlibat dalam komunitas tertentu dengan anggota yang banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun