Tanggal 4 Maret 2022 ....
Jumat pagi kuputuskan untuk pergi ke fasilitas kesehatan setelah seharian kemarin, kandungan yang tinggal menghitung hari untuk kelahirannya ini terasa tidak bergerak sama sekali. Kuakui, selama masa kehamilan memang banyak sekali permasalahan yang menyita perhatian, hingga energi positif itu berubah menjadi racun.
Sekitar beberapa bulan terakhir memang tidak bagus daya makanku, terlebih himpitan omelan orang serumah memang kerap mengurangi nafsu makan. Terkadang, sampai siang baru mulai sarapan. Alasannya sederhana, suami yang nganggur memang menjadi alasan untuk malu sekedar makan lebih dulu. Cukup menunggu sampai orang rumah benar-benar kenyang.
Sebenarnya tidak ada yang melarang secara langsung, hanya perasaan saja, mungkin. Beberapa bulan setelah usaha kami gulung tikar di kota, kami kembali ke kampung halamanku.
Anak kedua, yang aku yakini seorang putra. Harus pulang sebelum merasakan luasnya dunia.
Aku berkata, "dua hari ini saya tak merasakan ada gerakan dari bayinya."
Dokter puskesmas itu tercengang, dia memeriksa dengan alat seadanya.
Hingga seorang bidan yang menemaninya berkata, "detak jantung tidak terdeteksi."
Bergegas ia memberikan surat rujukan menuju rumah sakit terdekat. Kalian tahu bagaimana perasaanku? Harapan itu masih terpatri.
Ya, aku masih berharap bayi itu hanya malu-malu dan akan memberi kejutan besar pada ayah ibunya. Ya, aku yakin akan hal itu. Anakku pasti masih hidup, masih baik-baik saja!
Seorang dukun beranak itu, entah kenapa ia kerap kali datang ke rumah tanpa diminta. Selalu ada alasan baginya untuk memperdaya. Hingga terakhir kali bertemu, tangannya dengan lancang memasukan sesuatu pada rahimku. Ya, langsung ke rahimku!