Meskipun terdapat dua klub Turki berhasil didirikan selama pemerintahan Abdulhamid, keduanya tetap mengalami tekanan. Klub Besiktas misalnya, hampir saja ditutup, sementara klub Galatasaray terpaksa mengganti warna kebesarannya akibat pengawasan ketat dari pemerintah.
Keberlangsungan pada awal pendirian Klub Sepak Bola di Turki
Banyak cerita yang beredar mengenai perjuangan bertahan atau tidaknya klub sepak bola turki dimasa awal-awal mereka merintis. Klub Besiktas misalnya, didirikan oleh sekelompok pemuda penggemar Gymnastik yang aktif menentang rezim. meskipun tidak dipungkiri pada catatan sejarah terdapat anggota mereka adalah anggota dari lingkaran Istana Kekhalifahan. Akibat aktivitas mereka, anggota mereka seringkali ditangkap dan dibawa ke Kantor Polisi Hasanpaşa, Distrik Kepolisian yang terkenal diawasi langsung oleh Tokoh Istana. Namun, setelah seorang pejabat istana menjelaskan situasi mereka kepada Sultan, mereka diizinkan melanjutkan kegiatan dengan alasan bahwa mereka tidak memainkan dengan “gaya menyamai orang-orang Inggris”
Sementara itu, pendiri klub Galatasaray, Ali Sami Yen, mengisahkan bahwa warna awal klub adalah merah dan putih. Namun, karena takut warna tersebut menunjukkan identitas Ideologi Nasionalisme Turki yang mereka bawa, warna klub diubah menjadi kuning dan hitam, lalu akhirnya menjadi kuning dan merah.
Pada tahun 1901, klub sepak bola Turki , "Black Stockings Football Club" atau para penduduk menyebutnya Siyah Çoraplılar, didirikan oleh Resat Danyal dan Fuat Hüsnü Kayacan (keduanya adalah pendahulu di dunia sejarah persepakbolaan di Turki) di Kadıköy, Istanbul bagian Asia. Namun, klub ini berumur pendek karena para pemainnya yang ditangkap dan ditahan setelah hanya memainkan satu pertandingan diawal berdirinya klub tersebutoleh polisi rahasia pemerintah rezim Sultan Abdul Hamid II.
Revolusi Konstitusi 1908 dan perhatian Gerakan Turki Muda pada Sepak Bola
Setelah pecahnya Revolusi Konstitusi 1908 Kekhalifahan Utsmaniyah atau dikenal Revolusi Turki Muda pada 24 Juli 1908 yang menggulingkan pemerintahan Abdulhamid II, sepak bola dan berbagai kegiatan lainnya mulai mendapatkan kebebasan dan terbukanya liberalisasi pada kebijakan bernegara, termasuk dalam bidang olahraga. Revolusi ini melonggarkan banyak pembatasan sebelumnya, memungkinkan kebebasan berkumpul yang lebih besar. Undang-Undang Perkumpulan tahun 1909 memberikan hak untuk mendirikan klub olahraga secara legal tanpa memerlukan izin pada pemerintah pusat terlebih dahulu.
Gerakan Turki Muda yang terhubung pada Komite Persatuan dan Kemajuan yang terkenal akan paham Politik Nasionalis-Modernis Turki memainkan peran penting dalam mendukung perkembangan sepak bola di Turki. Mereka memahami potensi sepak bola sebagai alat untuk membangkitkan semangat Nasionalisme Turki di tengah masyarakat Utsmaniyah.
Fenerbahçe, yang didirikan pada tahun 1907, awalnya menghadapi berbagai kesulitan. Namun, setelah revolusi konstitusi, klub ini mendapatkan dukungan dari tokoh-tokoh Komite Persatuan dan Kemajuan. Di bawah kepemimpinan Mustafa Elkatipzade, Fenerbahçe berhasil memenangkan Liga Istanbul sebanyak tiga kali antara tahun 1911 dan 1915.
Sementara itu, Altınordu Sports Club, yang didirikan dengan dukungan langsung dari Komite Persatuan dan Kemajuan, menjadi simbol keberhasilan nasionalisme Turki di bidang olahraga. Klub ini dua kali menjuarai liga pada musim 1916-1917 dan 1917-1918.