Pada musim pertamanya di 1904-1905. pertandingan diadakan setiap hari Minggu antara empat tim: Moda FC, HMS Imogene, Elpis FC, dan Cadi-Keuy FC, yang membuat liga ini dikenal sebagai Istanbul Sunday League oleh pemainnya dan penontonnya yang kebanyakan berkebangsaan Inggris .
Selain itu banyak juga bermunculan Klub Sepak Bola yang diinisiasi oleh kelompok etnis dari Yunani, Armenia, dan Yahudi yang turut mewarnai keberagaman Sejarah olahraga Sepak Bola Kekhalifahan Utsmaniyah terutama Turki, namun seiring berjalannya waktu perlahan menarik perhatian kaum muda Turki, khususnya dari kalangan pelajar dan mahasiswa yang nanti ikut menginisiasi berdirinya klub-klub olahraga khususnya Sepak Bola.
Kaum intelektual yang menjadi penggebrak reformasi Tanzimat melihat sepak bola tidak hanya dijadikan sekadar permainan saja, tetapi juga sarana untuk meningkatkan disiplin, kerja sama, dan semangat kolektif terlebih terselubung dalam Gerakan Nasionalisme Turki Muda. Inilah awal mula sepak bola menjadi bagian dari kehidupan sosial di Kekhalifahan Ottoman, meskipun pada tahap ini masih terbatas pada kalangan elite.
Peran Pelajar dan Elit Akademisi Utsmani dalam Penyebaran Sepak Bola
Mehmet Yuce, Sejarawan dan penulis sejarah keolahragaan turki berpendapat berdirinya sekolah-sekolah modern dan universitas seperti Mekteb-i Sultani (Galatasaray High School) di Istanbul turut menyebarkan sepak bola pada tempat yang lebih luas di kalangan pemuda Ottoman. Sekolah-sekolah ini, yang mengadopsi kurikulum Barat, tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan dan bahasa asing, tetapi juga memperkenalkan olahraga modern. Galatasaray High School menjadi salah satu pusat penting dalam perkembangan sepak bola di Turki, di mana para pelajar mulai membentuk tim-tim lokal.
Kaum intelektual dan pelajar di universitas memainkan peran penting dalam memperkenalkan sepak bola ke masyarakat yang lebih luas. Mereka melihat olahraga ini sebagai cara untuk membangun identitas nasional yang kuat, terutama di tengah maraknya Imperialisme Barat dan disintegrasi internal kekhalifahan. Selain itu, sepak bola menjadi media untuk menyatukan berbagai kelompok etnis dan agama yang saling hidup berdampingan di bawah naungan Kekhalifahan Ottoman.
Sepak Bola, olahraga yang dicurigai Sultan Abdul Hamid II
Selama pemerintahan Khalifah atau Sultan Abdul Hamid II, terdapat pembatasan signifikan terhadap pertemuan publik dan aktivitas yang berpotensi membangkitkan semangat Nasionalisme yang tersebar luas yang tak lain bersumber dari Pemikiran Barat terutama Prancis. Rezim Sultan Abdulhamid II mengkhawatirkan Pemikiran dan budaya dari Barat dapat membahayakan keberlangsungan Kekhalifahan termasuk Olahraga Sepak Bola yang dibawa oleh Inggris Situasi ini membuat komunitas Muslim Turki kesulitan mendirikan klub sepak bola mereka sendiri. Meski begitu, semangat untuk sepak bola tetap bertahan. Pertandingan rahasia sering diadakan, seringkali menggunakan nama klub yang terdengar asing untuk menghindari kecurigaan. Sepak bola di Turki sepenuhnya didominasi oleh orang asing. Sementara mereka tidak menghadapi kendala dalam berorganisasi, warga Turki dilarang membentuk klub dan asosiasi akibat tekanan dari Sultan Abdulhamid II.
Terdapat cerita dimana Sultan Abdulhamid II menyetujui permintaan dari Duta Luar Negeri Pemerintah Inggris, untuk mempersilahkan kapal perang Inggris berlabuh di Istanbul sebagai mengenalkan kemegahan dan kehormatan Angkatan Laut Kekaisaran Britania Raya mereka. Abdulhamid II, yang memberikan kebebasan kepada pelaut dan warga Inggris yang berdiam di kapal tersebut untuk berolahraga, justru melarang warga Kekhalifahan untuk berolahraga serupa. Menunjukan seberapa khawatir Kekhalifahan pada sepak bola yang dapat menjadi alat mobilisasi massa pada warganya.