"Ayu, menurut gue mending jualannya keliling sekali lagi yuk. Siapa tau ada yang mau beli iya kan? Yuk gue anter deh." Clarissa mengulurkan tangan sambil tersenyum.
"Makasih ya Ra, kamu baik banget sama aku." Ayu langsung bersemangat, ia berdiri dan menarik tangan Clarissa
Ayu dan Clarissa berjalan kegirangan di lorong kelas. Ayu memiliki kepribadian yang pendiam, Clarissa merupakan teman pertama di sekolahnya. Mereka sudah bersahabat hampir tiga tahun lamanya.
"Hey tukang keripik, sini dong mau beli." Anak laki-laki yang merupakan adik kelas Ayu itu memanggil Ayu dengan nada yang mengolok-olok.
Entah duri apa yang telah menusuk hati Ayu, tapi ini sangat menyakitkan, "tukang keripik? Aku punya nama, aku Ayu," dia bergumam dalam hati.
"Ra, ayo keliling ke tempat lain." Ayu pergi dari tempat itu dan berjalan menuju lorong kelas XII
"Kekurangan duit kali ya sampe dagang keripik receh gitu ke sekolah. Padahal di kantin juga banyak kali." Anak-anak itu membicarakan Ayu tepat ketika Ayu melewati mereka.
"Seenaknya banget ya lu ngomong. Jaga dong omongannya, bisanya minta duit orang tua juga sombong banget." Rangga datang, ia sangat emosi sampai wajahnya memerah.
"Yu, sabar ya jangan di ladenin. Kita ke kantin aja yuk laper nih." Clarissa menarik tangan Ayu dan berlari meninggalkan tempat tersebut.
Ayu sudah terbiasa dengan kejadian seperti itu, dia tidak mempermasalahkannya. Lagipula yang dia kerjakan itu pekerjaan yang halal. Kaya ataupun miskin tidak ada bedanya bagi dia. Miskin bukanlah kehinaan dan kaya bukanlah kemuliaan.
Ujian simulasi telah selesai. Bel pulang telah berbunyi, Ayudia pulang dengan penuh kebingungan. Berbeda dengan teman-temannya yang sangat berambisi untuk masuk ke PTN impian mereka, Ayu masih bingung akan masa depannya, dia masih tergulung kalang kabut.